BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Meningkatnya
usia harapan hidup (UHH) memberikan dampak yang kompleks terhadap kesejahteraan
lansia. Di satu sisi peningkatan UHH mengindikasikan peningkatan taraf
kesehatan warga negara. Namun di sisi lain menimbulkan masalah masalah karena
dengan meningkatnya jumlah penduduk usia lanjut akan berakibat semakin besarnya
beban yang ditanggung oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah, terutama dalam
menyediakan pelayanan dan fasislitas lainnya bagi kesejahteraan lansia. Hal ini
karena pada usia lanjut individu akan mengalami perubahan fisik, mental, sosial
ekonomi dan spiritual yang mempengaruhi kemampuan fungsional dalam aktivitas
kehidupan sehari-hari sehingga menjadikan lansia menjadi lebih rentan menderita
gangguan kesehatan baik fisik maupun mental. Walaupun tidak semua perubahan
struktur dan fisiologis, namun diperkirakan setengah dari populasi penduduk
lansia mengalami keterbatasan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, dan 18%
diantaranya sama sekali tidak mampu beraktivitas. Berkaitan dengan kategori
fisik, diperkirakan 85% dari kelompok umur 65 tahun atau lebih mempunyai paling
tidak satu masalah kesehatan(HealthyPeople,1997).
Perubahan-perubahan
akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin meningkatnya usia.
Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada semua
organ dan jaringan tubuh. Keadaan demikian itu tampak pula pada semua sistem muskuloskeletal dan jaringan lain yang
ada kaitannya dengan kemungkinan timbulnya beberapa golongan reumatik. Salah
satu golongan penyakit reumatik yang sering menyertai usia lanjut yang
menimbulkan gangguan muskuloskeletal
terutama adalah Rheumatik Artritis.
Kejadian penyakit tersebut akan makin meningkat sejalan dengan meningkatnya
usia manusia.
Reumatik dapat mengakibatkan
perubahan otot, hingga fungsinya dapat menurun bila otot pada bagian yang
menderita tidak dilatih guna mengaktifkan fungsi otot. Dengan meningkatnya usia
menjadi tua fungsi otot dapat dilatih dengan baik. Dari berbagai masalah kesehatan
itu ternyata gangguan muskuloskeletal
menempati urutan kedua (14,5%) setelah penyakit kardiovaskuler dalam pola
penyakit masyarakat usia >55 tahun (Household Survey on Health, Dept. Of
Health, 1996). Dan berdasarkan survey WHO di Jawa ditemukan bahwa artritis/reumatisme
menempati urutan pertama (49%) dari pola penyakit lansia (Boedhi Darmojo et.
al, 1991).
Dibandingkan
dengan jantung dan kanker, rematik boleh jadi tidak terlampau menakutkan.
Namun, jumlah penduduk lansia yang tinggi kemungkinan membuat rematik jadi
keluhan favorit. Penyakit otot dan persendian
ini sering menyerang lansia, melebihi hipertensi dan jantung, gangguan
pendengaran dan penglihatan, serta diabetes (Health-News,2007).
Berdasarkan data diatas
penulis tertarik untuk membahas Gangguan Sistem Muskuloskeletal: Rheumatoid
Artritis.
B.
Tujuan
Penulisan
1.
Tujuan
Umum
Mahasiswa dapat
memahami dan mengaplikasikan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan
sistem muskuloskeletal: Rheumatoid Artritis
2.
Tujuan
Khusus
Adapun tujuan khusus
dalam penulisan makalah ini antara lain mahasiswa dapat menjelaskan:
a.
Definisi Rheumatoid Artritis
b.
Etiologi penyakit Reumathoid Artritis
c.
Manifestasi Klinik Rheumatoid Artritis
d.
Patofisiologi Rheumatoid Artritis
e.
Penatalaksanaan Rheumatoid Artritis
C.
Rumusan
Masalah
Adapun rumusan masalah
dalam makalah ini antara lain:
1.
Bagaimana etiologi penyakit Rheumatoid Artritis?
2.
Apa saja manifestasi klinis dari Rheumatoid Artritis?
3.
Bagaimana patofisiologi Rheumatoid Artritis?
4.
Bagaimana penatalaksanaan penyakit Rheumatoid Artritis?
D.
Manfaat
Penulisan
1.
Manfaat Teoritis
Menambah pengetahuan
mahasiswa dalam bidang keperawatan gerontik khususnya dengan gangguan muskuloskeletal: Rheumatoid Artritis.
2.
Manfaat Praktis
Menjadi dasar mahasiswa
dalam merencanakan dan menerapkan asuahan keperawatan gerontik dengan gangguan muskuloskeletal: Rheumatoid Artritis.
BAB
II
TINJAUAN
TEORI
A.
SISTEM
GERAK
1. Skeletal
Rangka
manusia tersusun dari tulang –tulang (206 tulang) yang membentuk suatu rangka
tubuh. Selain tersusun dari tulang rangka tubuh di sebagian tempat juga
dilengkapi dengan kartilago (tulang rawan).
Fungsi:
a. Menyokong
struktur tubuh
b. Menjadi
tempat melekatnya serat otot
c. Membentuk
sel darah
d. Menyimpan
ion anorganik(yaitu, kalsium dan fosfor)
e. Melindungi
organ dalam dari trauma.
Adapun skeletal (tulang
dibagi) menjadi dua yaitu axial skeletal dan apendikular skeletal.
a. Axial
Skeletal
Rangka aksial terdiri
dari tulang-tulang dan bagian kartilago yang melindungi dan menyangga
organ-organ kepala, leher, dan dada. Bagian rangka aksial meliputi tengkorak,
tulang hiloid, osikel, auditori, kolumna vertebra, sternum dan tulang iga.
1) Tengkorak
Tersusun dari 22
tulang: 8 tulang karnial dan 14 tulang fasial. Tengkorak otak terdiri dari
tulang – tulang yang dihubungkan satu sama lain oleh tulang bergerigi yang
disebut sutura, banyaknya 8 buah yang terdiri dari 3 bagian yaitu:
a) Kubah
Tengkorak
i. Os.
Frontal yaitu tulang dahi terletak dibagian depan kepala.
ii. Os.
Padetal yaitu tulang ubun – ubun terletak ditengah kepala.
iii. Os.
Oksipital yaitu tulang kepala belakang terletak dibalakang kepala. Os.
Oksipital terdapat sebuah lubang cocok sekali dengan lubang yang terdapat dalam
ruas tulang belakang yang disebut foramen magnum.
b) Dasar
tengkorak
i. Os.
Sfenoidal (tulang baji) tulang ini terletak didasar tengkorak, bentuknya
seperti kupu – kupu yang mempunyai tiga pasang sayap. Dibagian depan terdapat
sebuah rongga yang disebut kavum sfenoidalis yang berhubungan dengan rongga
hidung. Dibagian atasnya agak meninggi dan berbentuk seperti pelana yang
disebut sela tursika yaitu tempat letaknya kelenjar buntu (hipofise).
ii. Os.
Etmoidal (tulang tapis) terletak disebelah depan dari Os. Sfenoidal, diantara
lekuk mata, terdiri dari tulang tipis yang tegak dan mendatar. Bagian yang
mendatar mempunyai lubang – lubang kecil (lempeng tapis) yaitu tempat lalunya
saraf penciuman ke hidung sedangkan dibagian depannya membentuk sekat rongga
hidung. Disamping dua tulang diatas tengkorak ini juga dibentuk oleh bagian tulang
– tulang lain diantaranya tulang – tulang kepala belakang, tulang dahi, dan
tulang pelipis. Adapun bentuk dari dasar tengkorak ini tidak rata tetapi
mempunyai lekukan depan tengah dan belakang.
c) Samping
tengkorak
Samping tengkorak
dibentuk oleh tulang pelipis (Os. Temporal) dan sebagian dari tulang dahi,
tulang ubun – ubun dan tulang baji. Tulang pelipis terdapat dibagian kiri dan
kanan samping kepaladan terbagi atas tiga bagian yaitu:
i.
Bagian tulang karang (skuamosa), yang
membentuk rongga – rongga yaitu rongga telinga tengah dan rongga telinga dalam.
ii.
Bagian tulang keras ( Os. Petrosum) yang
menjorok kebagian tulang pipi dan mempunyai taju yang disebut prosesus stiloid.
iii.
Bagian mastoid, terdiri dari tulang yang
mempunyai lubang – lubang halus berisi udara dan mempunyai taju, bentuknya
seperti puting susu yang disebut prosesus mastoid.
2) Tengkorak
Wajah
Bagian ini pada manusia
bentuknya lebih kecil daripada tengkorak otak. Didalamnya terdapat rongga –
rongga yang membentuk rongga mulut (kavum oris), rongga hidung (kavum nasal),
dan rongga mata (kavum orbita). Diabagi atas dua bagian yaitu:
a) Bagian
Hidung
i.
Os. Lakrimal: tulang mata terletak
disebelah kiri/kanan pangkal hidung disudut mata.
ii.
Os. Nasal: tulang hidung yang membentuk
batang hidung sebelah atas.
iii.
Os. Konka: tulang karang hidung letaknya
didalam rongga hidung bentuknya berlipat – lipat.
iv.
Septum Nasal: sekat rongga hidung adalah
sambungan tulang tapis yang tegak.
b) Bagian
Rahang
i.
Os. Makrilaris (tulang rahang atas),
terdiri dari tulang bagian kiri dan kanan menjadi satu didalamnya terdapat
lubang – lubang besar yang berisi udara yang disebut sinus makrilaris (antrum
higmori) yang berhubungan dengan rongga hidung.
ii.
Dibawah Os. Lakrimaris terdapat suatu
taju tempat melekatnya urat gigi yang disebut prosesus alveolaris.
iii.
Os. Zigomatikum, tulang pipi terdiri
dari tulang kiri/kanan.
iv.
Os. Palatum, tulang langit – langit,
terdiri dari dua buah tulang kiri/kanan, dibagian tulang muka ini yang keras
disebut palatum mole.
v.
Os. Madibularis, tulang rahang bawah.
Dua buah kiri/kanan dan menjadi satu dipertengahan dagu. Bentuknya seperti
logam kuda, bagian muka membentuk taju yang disebut prosesus korakoid yaitu
tempat melekatnya otot – otot kunyah dan kondilus yang membentuk persendian
tulang pipi. Pada tulang rahang atas dan tulang rahang bawah banyak mempunyai
lubang – lubang yaitu tempat saraf dan pembuluh darah.
vi.
Os. Hioid, tulang lidah letaknya agak
terpisah dari tulang – tulang wajah yang lain yaitu terdapat dipangkal leher
diantara otot – otot leher.
3) Kerangka
Dada
Kerangka dada dibentuk
oleh susunan tulang yang melindungi rongga dada yang terdiri dari tulang dada (sternum)
sebanyak 1 buah, tulang iga (kosta) sebanyak 12 pasang, tulang torakalis
sebanyak 12 ruas.
a) Tulang
dada
Tulang dada menjadi
tonggak dinding depan dari toraks (rongga dada) bentuknya gepeng dan sedikit
melebar, yang terdiri dari tiga bagian yaitu:
i.
Manubrium sterni, bagian tulang dada
sebelah atas yang membentuk persendian tulang selangka (klavikula) dan tulang
iga.
ii.
Korpus sterni, bagian yang terbesar dari
tulang dada dan membentuk persendian dengan tulang – tulang iga.
iii.
Prosesus xifoid, bagian ujung dari
tulang dada dan pada bayi masih berbentuk tulang rawan.
b) Tulang
Iga
Os. Kosta atau tulang
iga banhyaknya 12 pasang (24 buah), kiri dan kanan. Bagian depan berhubungan
dengan tulang dada dengan perantaraan tulang rawan. Bagian belakang berhubungan
dengan ruas – ruas vertebra torakalis dengan perantaraan pesendian. Perhubungan
ini memmungkinkan tulang – tulang iga dapat bergerak kembang kempis menurut
irama pernapasan. Tulang iga dibagi menjadi tiga macam yaitu:
i.
Iga sejati (Os. Kosta Vera), banyaknya 7
pasang, berhubungan langsung dengan tulang dada dengan perantaraan persendian.
ii.
Tulang iga tak sejati ( Os. Kosta
Spuria), banyaknya 3 pasang, berhubungan dengan tulang dada dengan perantara
tulang rawan dari tulang iga sejati ke 7.
iii.
Tulang iga melayang (Os. Kosta
Fluitantes), banyaknya 2 pasang, tidak mempunyai hubungan dengan tulang dada.
c) Ruas
Tulang Belakang
Bentuk dari tiap – tiap
ruas tulang belakang umunya sama hanya ada perbedaan sedikit tergantung pada
kerja yang ditanganinya. Ruas – ruas ini terdiri atas beberapa bagian:
i.
Badan ruas, merupakan bagian yang
terbesar, bentunya tebal dan kuat terletak disebelah depan.
ii.
Lengkung ruas, bagian yang melingkari
dan melindungi lubang ruas tulang belakang, terletak disebelah belakang dan
pada bagian ini terdapat beberapa tonjolan yaitu:
i)
Prosesus Spinosus (taju duri), terdapat
ditengah lengkung ruas, menonjol kearah belakang.
ii)
Prosesus Transvesum (taju sayap),
terdapat disamping kiri dan kanan lengkung ruas.
iii) Prosesus
Artikularis (taju penyendi), membentuk persendian denag ruas tulang belakang
(vertebralis).
Ruas – ruas tulang
belakang ini tersusun dari atas ke bawah dan diantara masing – masing ruas
dihubungkan oleh tulang rawan yang disebut cakram antar ruas sehingga tulang
belakang bisa tegak dan membungkuk. Disamping itu disebelah depan dan belakangnya
terdapt kumpulan serabut – serabut kenyal yang memperkuat kedudukan ruas –ruas
tulang belakang. Ditangeh bagian dalam ruas- ruas tulang belakang terdapat pula
suatu saluran yang disebut saluran sumsum tulang belakang (kanalis medula
spinalis) yang didalmnya terdapat sumsum tulang belakang. Fungsi ruas tulang
belakang yaitu:
i. Menahan
kepala dan alat –alat tubuh lain.
ii. Melindungi
alat halus yang ada didalamnya (sumsum tulang belakang)’
iii. Tempat
melekatnya tulang iga dan tulang panggul.
iv. Menentukan
sikap tubuh.
Bagian – bagian dari
ruas tulang belakang terdiri dari:
i.
Vertebra servikalis (tulang leher)
terdiri dari 7 ruas, mempunyai badan ruasbadan ruas kecil dan lubang ruasnya
besar. Pada taju sayapnya terdapat lubang tempat lalunya saraf yang disebut
foramen transversum. Ruas pertama vertebra servikalis disebut atlas yang
memungkinkan kepala mengangguk. Ruas kedua disebut prosesus odontoid(aksis)
yang memungkinkan kepala berputar kekiri dan kekanan. Ruas ke 7 mempunyai taju
yang disebut prosesus prominam, taju ruasnya agak panjang.
ii.
Vertebra torakalis (tulang punggung)
terdiri dari 12 ruas. Badan ruasnya besar dan kuat, taju durinya panjang dan
melengkung. Pada bagian dataran sendi sebelah atas, bawah, kiri, dan kanan
membentuk persendian dengan tulang iga.
iii.
Vertebra lumbalis (tulang pinggang),
terdiri dari 5 ruas. Badan ruasnya besar, tebal dan kuat, taju durinya agak
pincak. Bagian ruas dari ke 5 agak menonjol disebut promontorium.
iv.
Vertebra sakralis (tulang kelangkang)
terdiri dari 5 ruas. Ruas – ruasnya menjadi satu sehingga menyerupai sebuah
tulang samping kiri/kanannya terdapat lubang kecil 5 buah yang disebut foramen
ssakralis. Os. Sakrum menjadi dinding belakang dari rongga panggul.
v.
Vertebra koksigis (tulang ekor) terdiri
dari 4 ruas, ruasnya kecil – kecil dan menjadi sebuah tulang yang disebut Os.
Koksigialis. Dapat bergerak sedikit karena membentuk persendian dengan sakrum.
4) Lengkung
Kolumna Vertebralis
Dilihat dari samping
kolumna vertebralis terlihat ada empat kurva atau lengkung. Lengkung vertikal,
daerah leher melengkung kedepan, daerah torakal melangkung kebelakang, daerah
lumbal melengkung ke depan dan daerah pelvis melengkung kebelakang. Sendi
kolumna vertebralis dibentuk oleh bantalan tulang rawan yang terltaka di antar
atiap dua vertebra yang dikuatkan oleh ligamentum yang berjalan didepan dan
dibalakang vertebra sepanjang kolumna vertebralis.
Cakaram antar badan
vertebra adalah bantalan tebal dari tulang rawan fibrosa yang terdapat diantara
badan vertebra yang dapat bergerak. Gerakan sendi dibentuk antara cakram dan
vertebra dengan gerakan yang terbatas dan gerakan fleksi, ekstensi, lateral,
samping kiri, dan samping kanan.
Fungsi kolumna
vertebralis sebagai penopang badan yang kokoh sekaligus bekerja sebagai
penyangga dengan perantara tulang rawan cakram intervetebralis yang lengkungnya
memberi fleksibilitas untuk membengkok tanpa patah. Cakram juga berguna untuk
meredam goncangan yang terjadi bila menegakakkan badan seperti waktu berlari
dan meloncat, dengan demikian otak dan sumsum tulang belakang terlindung dari
goncangan.
5) Gelang
Panggul
Gelang panggul atau
tulang pelvis adalah penghubung antara badan dan anggota bawah yaitu tulang
sakrum dan koksigis yang bersendi satu dengan yang lainnya pada simfisis pubis.
Pelvis terbagi atas dua
bagian, pelvis mayor atau rongga panggul besardan pelvis minor atau rongga
panggul kecil.diantara kedua rongga tersebut diabatasi oleh garis tepi atau
linea terminalis.
Sendi – sendi pelvis,
sendi sakroiliaka, adalah sendi antara ilium yang disebut aurikuler dan kedua
sisi sakrum. Gerakan ini dangat sedikit karena ligamentumnya sangat kuat
menyatukan permukaan sendi sehingga membatasi gerakan seluruh jurusan. Simfisis
pubis adalah sendi antara tulang duduk dipisahkan oleh tulang rawan.
6) Gangguan
pada Vertebra
i.
Lengkung Abnormal
i)
Skoliosis, yang dapat muncul selam masa
pertumbuhan yang cepat (masa remaja), yaitu lengkungan lateral spina dengan
rotasi pada vertebra.
ii) Kifosis,
yang merupakan kasus kongenital (bawaan lahir) atau akibat penyakit, merupakan
lengkung posterior yang berlebihan pada bidang toraks: biasanya disebut
punggung bungkuk
iii) Lordosis
(swayback) adalah lengkung anterior yang beerlebihan pada area lumbal.
ii.
Diskus terherniasi (keluar)
i)
Diskus intervertebral terletak diantara
dua badan tulang vertebra yang berdekatan dan bertindak sebagai peredam stress
diantara kedua tulang tresebut
ii) Setiap
diktus mengandung suatu massa sentral, nukleus pulposus, yang tersusun dari
jaringan kartilago dan elastik yang diselimuti oleh oleh lapisan fibrokartilago
bagian luar, anulus fibrosus. Anulus ini terdiri dari einein fibrosa konsentris
yang menahan nukleus pulposustetap ditempatnya.
iii) Sejalan
dengan pertambahan usia, atau akibat cedera, anulus fibrosus kehilangan daya
elastisitasnya sehingga nukleus pulposus dapat keluar dari tempatnya dan
menekan medulla spinalis atau akar saraf, serta menimbulkan nyeri.
iii. Spina
bifida adalah suatu defek kongenital yang didalamnya dua lamina pada lengkungan
vertebra gagal menyatu di garis tengah, sehingga menyebabkan jaringan pada
medulla spinalis menonjol. Defek ini paling sering terjadi di area lumbal.
b. Rangka
Apendikular
Rangka apendikular
dibagi menjadi anggota gerak atas dan anggota gerak bawah.
1) Anggota
Gerak Atas
Kerangka anggota gerak
atas dikaitkan dengan kerangka badan dengan antaraan gelang bahu yang terdiri
dari skapula dan klavikula. Tulang – tulang yang membentuk kerangka lengan
antara lain gelang bahu, humerus, ulna dan radius, karpalia, metakarpalia, dan
falangus.
a) Gelang
Bahu
Gelang bahu yaitu
persendian yang menghubungkan lengan dengan badan. Pergelangan ini mempunyai
mangkok sendi yang tidak sempurnaoleh karena bagian belakangnya terbuka. Bagian
ini dibentuk oleh dua buah tulang yaitu skapula (tulang belikat) dan klavikula
(tulang selangka).
i.
Skapula (tulang belikat) terdapat
dibagian punggung sebelah luar atas, mempunyai tulang iga 1 sampai 8, bentuknya
hampir segitiga. Disebelah atasnya mempunyai bagian yang disebut spina skapula.
Sebelah atas dan bawah spina skapula terdapat dataran melekuk yang disebut fosa
supraskapula (sebelah atas) dan fosa infraskapula (sebelah bawah). Ujung dri
spina skapula dibagian bahu membentuk taju yang disebut akromion dan dan
berhubungan dengan klavikula dengan perantara persendian. Disebelah bawah
medial dari akromion terdapat sebuah taju menyerupai paruh burung yang disebut
prosesus korakoid. Disebelah bawahnya terdapat lekukan tempat kepala sendi yang
disebut kavum glenoid.
b) Humerus
Humerus (tulang pangkal
lengan) mempunyai tulang panjang seperti tongkat. Bagian yang mempunyai
hubungan dengan bahu bentiknya bundar membentuk kepala sendi yang disebut kaput
humeri. Pada kaput humeri ini terdapat tonjolan yang disebut tuberkel mayor dan
minor. Disebelah bawah kaput humeri terdapat lekukan yang disebut kolumna
humeri. Pada bagian bawah terdapat taju (kapitulum, epikondilus lateralis dan
epikondilus medialis). Disamping itu juga mempunyai lekuka yang disebut fosa
korokoid (bagian depan) dan fosa olekrani (bagian belakang).
c) Ulna
Ulna (tulang hasta)
yaitu tulang bawah yang lekuknya sejajar dengan tulang jari kelingking arah
siku mempunyai taju yang disebut prosesus olekrani, gunanya ialah tempat
melekatnya otot dan menjaga agar siku tidak membengkok kebalakang.
d) Radius
Radius (tulang
pengumpil), letaknya bagian lateral, sejajar dengan ibu jari. Dibagian yang
berhubungan dengan humerus dataran sendinya berbentuk bundar yang memungkinkan
lengan bawah dpat berputar atau telungkup.
e) Karpalia
Karpalia (tulang
pergelangan tangan) terdiri dari 8 tulang tersusundalam dua baris:
i.
Proksimal meliputi os. Navikular (tulang
berbentuk kepala), Os. Lunatum (tulang berbentuk bulan sabit), Os. Triquetrum
(tulang berbentuk segitiga), Os. Fisimorfis (tulang berbentuk kacang).
ii. Distal
meliputi Os. Multangulum (tulang besar bersegi banyak), Os. Multangulum minus
(tulang kecil segi banyak), Os. Kapitatum (tulang berkepala), Os. Hamatum
(tulang berkait).
f) Metakarpalia
Metakarpalia (tulang
telapak tangan) terdiri dari tilang pipa pendek. Banyaknya 5 buah tiap batang,
mempunyai dua ujung yang bersendi dengan tulang karpalia dan bersendi dengan
falangus atau tulang jari.
g) Falangus
Falangus (tulang jari
tangan) juga terdiri dari tulang pipa pendek yang banyaknya 14 buah dibentuk
dalam 5 bagian tulang yang berhubungan dengan metakarpalia perantaraan
persendian.
2) Anggota
gerak Bawah
Tulang ekstremitas
bawah atau anggota gerak bawahdikaitkan pada batang tubuh dengan perantaraan
gelang panggul. Terdiri dari 31 pasang tulang koksa (tulang pangkal paha),
femur (tulang paha), tibia (tulang kering), fibula (tulang betis), patela
(tempurung lutut), tarsalia (tulang pangkal kaka), metatarsalia (tulang telapak
kaki), falanges (ruas jari kaki).
a) Tulang
Koksa
Tulang koksa atau
tulang pangkal paha turut membentuk gelang panggul. Letaknya disetiap sisi dan
didepan bersatu dengan simfisis pubis dan membentuk sebagian besar tulang
pelvis. Tulang koksa terdiri dari Os. Ilium, Os. Pubis dan Os. Iski. Os. Koksa
terdiri dari 3 buah tulang picak yang masing – masing banyaknya 2 buah. Kiri
dan kanan yang satu sama lainnya berhubungan sangat rapat sekali sehingga
persendian tersebut tidak dapat digerakkan.
i.
Tulang Usus (Os. Ilium)
Banyaknya 2 buah kiri
dan kanana. Bentuknya lebar dan gepeng serta melengkung terhadap perut. Bagian
yang melekuk disebut tibia iliaka bagian tepi disebut krista iliaka dan bagian
ujung yang menonjol disebut spina iliaka. Spina iliaka ada 4 bagian yaitu spina
iliaka anterior superior, spina iliaka anterior inferior, spina iliaka
posterior superior, dan spina iliaka posterior inferior. Pada tulang usus ini
terdapat sebuah mangkuk sendi tempat kepala sendi tulang paha disebut asetabulum.
ii.
Tulang Duduk (Os. Iski)
Bentuknya setengaha
lingkaran mengahdap keatas, mempunyai tonjolan bertumpu pada tempat duduk yang
disebut tuber iskiadikum.
iii. Tulang
Kemaluan ( Os. Pubis)
Tulang bercabang 2 yang
satu menuju kesamping atas dan satu lagi menuju kesamping bawah. Banyaknya 2
buah kiri dan kanan yang satu sam alainnya dihubungkan oleh tulang rawan yang
disebut simfisis pubis.
Rongga panggul,
merupakan sebuah rongga yang dibentuk oleh sambungan antara tulang – tulang
panggul. Rongga sebelah atas disebut rongga panggul besar dan disebelah bawah
disebut rongga panggul kecil. Antara rongga panggul besar dan rongga panggul
kecil dipisahkan oleh sebuah garis lingkaran yang ditarik kekiri dan kekanan
dari promotorium menuju ke simfisis pubis. Pada rongga panggul besar terdapat
alat – alat kandungan sedangkan pada rongga panggul kecil terdapat organ vesika
urinaria.
Foramen obturatum
merupakan foramen yang besar berbentuk lonjong terletak dibawah asetabulum dan
dibatasi oleh Os. Pubis dan Os. Iski, lubangnya berisi membran dan bagian
atasnya pembuluh darah dan saraf obruratum yang berjalan dari pelvis masuk
paha. Asetabulum dibentuk oleh pertemuan 3 tulang, Os. Pubis bagian depan, Os.
Ilium bagian atas, Os. Iski bagian belakang.
Asetabulum bersendi
dengan femur dalam formasi gelang panggul, permukaan sendi seperti telapak
kuda, titik bagian terendah terdapat insisura asetabulum yang dilalui pembuluh
darah.
b) Os.
Femur (tulang paha)
Os. Femur merupakan
tulang pipa terbesar dan terpanjang yang berhubungan dengan asetabulummembentuk
kepala sendi yang disebut kaput femoris. Disebelah atas dan bawah dari kolumna
femoris terdapat taju yang disebut trokanter mayor dan trokanter minor.
Dibagian ujung membentuk persendian lutut, terdapat 2 buah tonjolan yang disebut
kondilus medialis dan kondilus lateralis. Diantara 2 kondilus ini terdapat
lekukan tempat letaknya tulang tempurung lutut (patela) yang disebut dengan
fosa kondilus.
c) Os. Tibia (tulang kering) dan Os. Fibula
(tulang betis)
Merupakan tulang pipa
terbesar setelah tulang paha yang membentuk persendian lutut dengan femur. Pada
bagian ujungnya terdapat tonjolan yang disebut Os. Maleous Lateralis atau mata
kaki luar. Os. Tibia bentuknya lebih kecil, pada bagian pangkal melekat pada
Os. Fibula, pada bagian ujung membentuk persendian dengan tulang pangkal kaki
dan terdapat taju yang disebut Os. Maleous Medialis.
d) Os.
Tarsalis
Os. Tarsalia (tulang
pangkal kaki) dihubungkan dengan tungkai bawah oleh sendi pergelangan kaki.
Terdiri dari tulang – tulang kecil yang banyaknya 5 buahyaitu:
i.
Talus (tulang loncat)
ii.
Kalkaneus (tulang tumit)
iii. Navikular
(tulang berbentu karpal)
iv. Kuboideum (tulang berbetuk dadu)
v.
Kuaniformi 3 buah, kunaiformi lateralis,
kunaiformi intermedialis, kunaiformi medialis.
e) Metatarsalia
Metatarsalia (tulang
telapak kakiterdiri dari tulang – tulang pendek yang banyaknya 5 buah, yang
masing – masing berhubungan dengan tarsus dan falangusdengan perantaraan
persendian.
f) Falangus
Falangus (tulang ruas
jari kaki) merupakan tulang pipa pendek yang masing – masing terdiri atas 3
ruas kecuali ibu jari banyaknya 2 ruas. Pada metatarsalia bagian ibu jari
terdpat 2 buah tulang kecil bentuknya bundar yang disebut tulang bijian (Os.
Sesamoid).
Lengkung kaki terdapat
4 lengkung medial terbentuk dari belakang kedepan kalkaneus. Lengkung lateralis
yang dibentuk oleh kalkaneus kuboidea dan 2 tulang metatarsal. Lengkung
melintang metatarsal dibentuk oleh tulang tarsal, dan lengkung transversal
dibentuk oleh kepala tulang metatarsal pertama dan kelima.
2.
Sendi
Sendi adalah tempat 2
tulang atau lebih saling berhubungan baik terjadi pergerakan atau tidak. Alat
gerak terbagi atas alat gerak aktif dan alat gerak pasif. Untuk memungkinkan
terjadinya pergerakan maka ditempat tertentu ada jaringan ikat dan jaringan
rawan yang diganti dengan jaringan tulang pada ujung tulang akan tinggal suatu
lempeng jaringan rawan sebagai rawan sendi. Stabilitas sendi bergantung pada
permukaan sendi, ligamentum, dan tonus otot. Adapun klasifikasi persendian
yaitu:
a. Klasifikasi
struktural persendian
1) Persendian
Fibrosa tidak memiliki rongga sendi dan diperkokoh dengan jaringan ikat
fibrosa.
2) Persendian
kartilago tidak memiliki rongga sendi dan diperkokoh dengan jaringan kartilago.
3) Persendian
sinovial memiliki rongga sendi dan diperkokoh dengan kapsul dan ligamen
artikular yang membungkusnya.
b. Klasifikasi
fungsional persendian
1) Sendi
sinartrosis atau sendi mati. Secara struktural, persendian ini di bungkus
dengan jaringan ikat fibrosa atau kartilago.
a) Sutura
adalah sendi yang dihubungkan dengan jaringan jaringan ikat fibrosa rapat dan
hanya ditemukan pada tulang tengkorak. Contoh sutura adalah sutura sagital dan
sutura parietal.
b) Sinkondrosis adalah sendi yang tulang – tulangnya
dihubungkan dengan kartilago hialin. Salah satu contohnya adalah lempeng epifisis
sementara antara epifisis dan diafisis pada tulang panjang seorang anak. Saat
sinkondrosis sementara berosifikasi, maka bagian tersebut dimanakan sinostosis.
2) Amfiartosis
adalah sendi dengan pergerakan terbatas yang memungkinkan terjadinya sedikit
gerakan sebagai respons terhadap torsi dan kompresi.
a) Simfisis
adalah sendi yang kedua tulangnya dihubungkan dengan diskus kartilago. Yang
menjadi bantalan sendi yang memungkinkan terjadinya sedikit gerakan. Contoh
simfisis adalah simfisis pubis antara tulang – tulang pubis dan diskus
intervebralis antar badan vertebra yang berdekatan.
b) Sindesmosis
terbentuk saat tulang – tulang yang berdekatan dihubungkan dengan serat – serat
jaringan ikat kolagen. Contoh sindesmosis dapat ditemukan pada tulang yang
terletak bersisian dan dihubungkan dengan membran interoseus, seperti pada
tulang radius dan ulna, serta tibia dan fibula.
c) Gomposis
adalah sendi dimana tulang berbentuk kerucut masuk dengan pas dalam kantong
tulang. Seperti pada gigi yang tertanam pada alveoli (kantong) tulang rahang.
Pada contoh tersebut, jaringan ikat fibrosa yang terlihat adalah ligamen
peridontal.
3) Diartrosis
adalah sendi yang dapat bergerak bebas , disebut juga sendi sinovial (berasal
dari kata yunani yang berarti “ dengan telur”). Sendi ini memiliki rongga sendi
yang berisi cairan sinovia, suatu kapsul sendi (artikular) yang menyambung
kedua tulang, dan ujung tulang pada sendi sinovial dilapisi kartilago
artikular.
a) Lapisan
terluar kapsul sendi terbentuk dari jaringan ikat fibrosa rapat berwarna putih
yang memanjang sampai bagian periosteum tulang yang menyatu pada sendi.
i.
Ligamen adalah penebalan kapsul yang
berfungsi untuk menopang kapsul sendi dan memberikan stabilitas.
ii.
Ligamen dapat menyatu dalam kapsul atau
terpisah dari kapsul melalui envaginasi kapsul.
b) Lapisan
terdalam kapsula sendi adalah membran sinovial yang melapisi keseluruhan sendi,
kecuali pada kartilago artikular.
i.
Membran synovial mensekresi cairan
sinovial, materi kental yang jernih seperti putih telur. Materi ini terdiri
dari 95% air dengan Ph 7,4 dan merupakan campuran polisakarida (sebagian besar
asam hialuronat), protein, dan lemak.
ii.
Cairan Sinovial berfungsi untuk melumasi
dan memberikan nutrisi pada kartilago artikular. Cairan ini juga mengandung sel
fagosit untuk mengeluarkan fragmen jaringan
mati (debris) dari rongga sendi yang cidera atau terinfeksi.
c) Pada
beberapa sendi sinovial, seperti persendian lutut, terdapat diskus artikular
(meniskus) fibrokartilago.
i.
Diskus artikular memodifikasi bentuk
permukaan tulang yang berartikulasi untuk mempermudah gerakan, memperbesar
stabilitas atau untuk meredam goncangan
ii.
Cedera pada diskus artikular lutut
biasanya disebut robekan kartilago
d) Bursa
adalah kantong tertutup yang dilapisi membran synovial, dan ditemukan diluar
rongga sendi. Kantong ini terletak dibawah tendon atau otot dan mungkin juga
dapat ditemukan di area percabangan tendon atau otot diatas tulang yang
menonjol atau secara subkutan jika kulit terpapar pada friksi, seperti pada
siku atau tempurung lutut.
c. Klasifikasi
persendian sinovial didasarkan pada bentuk permukaan yang berartikulasi.
1) Sendi
sferoidal terdiri dari sebuah tulang dengan kepala berbentuk bulat yang masuk
dengan pas kedalam rongga berbentuk cangkir pada tulang lain. Sendi ini yang
dikenal sebagaisendi traksial atau multiaksial, memungkinkan rentang gerak yang
lebih besar, menuju ketiga arah. Contoh sendi sferoidal adalah sendi panggul
serta sendi bahu.
2) Sendi
engsel, permukaan konveks sebuah tulang masuk dengan pas pada permukaan konkaf
tulang kedua. Sendi ini memungkinkan gerakan ke satu arah saja dan dikenal
sebagai sendi uniaksial. Contohnya adalah persendian pada lutut dan siku.
3) Sendi
kisar (pifot joint) adalah tulang berbentuk kerucut yang masuk dengan pas ke
dalam cekungan tulang kedua, dan dapat berputar ke semua arah. Sendi ini
merupakan sendi uniaksial yang memungkinkan terjadinya berotasi di sekitaar
prosesus odontoid aksis, dan persendian antara bagian kepala proksimal tulang
radius dan ulna.
4) Persendian
Kondiloid terdiri dari sebuah kondilus oval suatu tulang yang masuk dengan pas
kedalam rongga berbentuk elips di tulang kedua. Sendi ini merupakan sendi
blaksial, yang memungkinkan gerakan kedua arah disudut kanan setiap tulang.
Contohnya adalah sendi antara tulang radius dan tulang karpal serta sendi
antara kondilus oksipital tengkorak dan atlas.
5) Sendi
pelana, permukaan tulang yang berartikulasi berbentuk konkaf disatu sisi dan
konveks pada sisi lainnya: sehingga tulang tersebut akan masuk dengan pas
kedalam permukaan tulang kedua yang berbentuk konveks dan konkafnya berada pada
sisi berlawanan, seperti dua pelana yang saling menyatu. Persendian ini adalah
sendi kondiloid yang termodifikasi sehingga memungkinkan gerakan yang sama.
Satu-satunya sendi pelana sejati yang ada dalam tubuh adalah persendian antara
tulang karpal dan metacarpal pada ibu jari.
6) Sendi
Peluru adalah salah satu sendi yang permukaan kedua tulang yang berartikulasi
berbentuk datar, sehingga memungkinkan gerakan meluncur antara satu tulang
terhadap tulang lainnya. Sedikit gerakan ke segala arah mungkin terjadi dalam
batas prosesus atau ligamen yang membungkus persendian. Persendian semacam ini
disebut sendi nonaksial: misalnya, persendian intervertebra, dan persendian
antar tulang-tulang karpal dan tulang-tulang tarsal.
d. Pergerakan
pada sendi sinovial merupakan hasil kerja otot rangka yang melekat pada
tulang-tulang yang membentuk artikulasi. Otot tersebut memberikan tenaga,
tulang berfungsi sebagai pengungkit, dan sendi berfungsi sebagai penumpu.
1) Fleksi
adalah gerakan yang memperkecil sedut antara dua tulang atau duan bagian tubuh,
seperti saat menekuk siku (menggerakkan lengan kea rah depan), menekuk lutut
(menggerakkan tungkai kearah belakang), atau juga menekuk torso kea rah
samping.
a) Dorsofleksi
adalah gerakan menekuk telapak kaki dipergelangan kea rah depan (meninggikan
bagian dorsal kaki)
b) Plantar
fleksi adalah gerakan meluruskan telapak kaki pada pergelangan kaki
2) Ekstensi
adalah gerakan yang memperbesar sudut antara dua tulang atau dua bagian tubuh.
a) Ekstensi
bagian tubuh kembali ke posisi anatomis, seperti gerak meluruskan persendian
pada siku dan lutut setelah fleksi.
b) Hiperekstensi
mengacu pada gerakan yang memperbesar sudut pada bagian-bagian tubuh melebihi
180%, seperti gerakan menekuk torso atau kepala kea rah belakang.
3) Abduksi adalah gerakan bagian tubuh menjauhi garis
tengah tubuh, seperti saat lengan berabduksi, atau menjauhi aksis longitudinal
tungkai. Seperti gerakan abduksi jari tangan dan jari kaki.
4) Aduksi
kebalikan dari abduksi, adalah gerakan bagian tubuh saat kembali ke aksis utama
tubuh atau aksis longitudinal tungkai.
5) Rotasi
adalah gerakan tulang yang berputar disekitar aksis pusat tulang itu sendiri
tanpa mengalami dislokasi lateral, seperti saat menggelengkan kepala untuk
menyatakan “tidak”.
a) Pronasi
adalah rotasi medial lengan bawah dalam posisi anatomis, yang mengakibatkan
telapak tangan menghadap kebelakang.
b) Supinasi
adalah rotasi lateral lengan bawah, yang mengakibatkan telapak tangan menghadap
ke depan.
6) Sirkumduksi
adalah kombinasi dari semua gerakan angular dan berputar untuk membuat ruang
berbentuk kerucut, seperti saat mengayunkan lengan membentuk putaran. Gerakan
seperti ini dapat berlangsung pada persendiaan panggul, bahu, trunkus,
pergelangan tangan, dan persendian lutut.
7) Inversi
adalah gerakan sendi pergelangan kaki yang memungkinkan telapak kai menghadap
ke dalam atau kea rah medial.
8) Eversi
adalah gerakan sendi pergelangan kaki yang memungkinkan telapak kaki menghadap
kea rah luar. Gerakan inversi dan eversi pada kaki sangat berguna untuk
berjalan diatas daerah yang rusak dan berbatu-batu.
9) Protaksi
adalah memajukan bagian tubuh, seperti saat menonjolkan rahang bawah ke depan,
atau memfleksi girdel pektoral ke arah depan.
10) Retraksi
adalah gerakan menarik bagian tubuh kea rah belakang, seperti saat meretraksi
girdle pektoral untuk membusungkan dada.
11) Elevasi
adalah pergerakan struktur kea rah superior, seperti saat mengatupkan mulut
(mengelevasi mandibula) atau mengangkat bahu (mengelevasi skapula).
12) Depresi
adalah menggerakkan suatu struktur ke arah inferior, seperti saat membuka
mulut.
3.
Fisiologi Sistem Tulang
Fungsi tulang secara
umum:
a. Formasi
kerangka, tulang – tulang membentuk rangka tubuh untuk menentukan bentuk dan
ukuran tubuh, tulang – tulang menyokong struktur tubuh yang lain.
b. Formasi
sendi, tulang – tulang membentuk persendian yang bergerak dan tidak bergerak
tergantung dari kebutuhan fungisional. Sendi yang bergerak mengahsilkan
bermacam – macam pergerakan.
c. Perlengketan
otot, tulang – tulang menyediakan permukaan untuk tempat melekatnya otot,
tendon dan ligamentum untuk melaksanakan pekerjaannya.
d. Sebagai
pengungkit untuk bermacam – macam aktivitas selama pergerakan.
e. Menyokong
berat badan, memelihara sikap tegak tubuh manusai dan menahan gaya tarikan dan
gaya tekanan yang terjadi pada tulang. Dapat menjadi kaku dna menjadi lentur.
f. Proteksi,
tulang membentul rongga yang mengandung dan melindungi struktur yang halus
seperti otak, medula spinalis, jantung, paru – paru, alat – alat dalam perut
dan panggul.
g. Hemopoiesis,
sumsum tulang tempat pembentukan sel – sel darah, terjadinya pembentukan sel –
sel darah sebagian besar pada sumsum tulang merah.
h. Fungsi
immunologi, limfosit “B” dan makrofag dibentuk dalam sistem retikuloendotel
sumsum tulang. Limfosit B diubah menjadi sel – sel plasma membentuk antibodi
guna kekebalan kimiawi, sdangkan makrofag merupakan fagositotik.
i.
Penyimpanan kalsium, tulang mengandung
97% kalsium yang terdapt didalam tubuh baik dalam bentuk anorganik maupun garam
– garam terutama kasium fosfat. Sebagian besar fosfor disimpan dalam tulang dan
kalsium dilepas dalam darah bila diperlukan.
B.
Rheumatoid
Artritis
1. Konsep
Dasar Rheumatik Artritis
Istilah
rheumatism berasal dari bahasa
Yunani,rhumatismoz , yang berarti mukus; suatu cairan yang dianggap jahat,
mengalir dari otak ke sendi dan struktur lain tubuh sehingga menimbulkan nyeri.
Beberapa penelitian menunjukkan memang ada perubahan struktur mucine sendi
(mukopalisakarida, asam hialuronidonat) pada beberapa jenis penyakit reumatik,
sehingga istilah yang telah agak lama dipakai itu agaknya masih sesuai sampai
saat ini.Setiap kondisi yang disertai nyeri dan kaku pada system
muskuloskeletal disebut rheumatik , termasuk penyakit jaringan ikat
(penyakitkolagen). Sedangkan istilah artritis umumnya dipakai bila sendi
merupakan tempat utama penyakit rheumatik. Peradangan pada jaringan ikat,
terutama yang berdekatan dengan sendi atau otot dan tendon disebut
fibrositis,sedangkan iritasi jaringan ikat fibrosa di tempat melekatnya pada
tulang disebut entesopati.
Reumatologi
adalah ilmu yang mempelajari penyakit sendi, termasuk penyakit arthritis,
fibrositis, bursitis, neuralgia dan kondisi lainnya yang menimbulkan nyeri
somantik dan kekakuan.Hingga kini dikenal lebih dari 100 macam penyakit sendi yang
seringkali memberikan gejala yang hampir sama. Oleh karena itu pendekatan
diagnostik sangat diperlukan agar didapatkan diagnosis yang tepat, sehingga
akhirnya pasien memperoleh penatalaksanaan yang adekuat. Perlu diingat pula bahwa gangguan reumatik dapat merupakan
manifestasi artikular berbagai penyakit dan sebaliknya beberapa penyakit
reumatik mempunyai manifestasi ekstra-artikular pada beberapa organ Dalam lebih
dari 2 dekade terakhir ini diketahui bahwa berbagai penyakit remaik yang
dianggap mempunyai dasar imunologik ternyata berkaitan dengan sistem
hipokompatibilitas. Sistem ini ditentukan oleh faktor genetik yang pada manusia
dikenal sebagai HLA (Human Leukocyte Antygen)tertentu. Antigen HLA adalah
molekul pada permukaan sel yang sifatnya ditentukan oleh gen respon imun yang
sangat polimorfis yang letaknya adasuatu kompleks pada kromosom No.6 manusia.
Sampai saat ini, diketahui 2 jenis antigen HLA yang berbeda dalam struktur dan
fungsi:
a. Molekul
HLA kelas I, yaitu HLA A, B, C dan lokus-lokus lain yang diekspresikan pada
permukaan semua sel berinti dan berfungsi dalam presentasi antigen pada
limfosit T sitotoksik (CD8+).
b. Molekul
HLA kelas II yaitu HLA-DR, DQ dan DP dan diekspresikanterutama pada makrofag
dan sel T yang aktif dan berfungsi mempresentasikan antigen kepada limfosit T
helper (CD4+).
Saat
ini dapat dikatakan penggunaan pemeriksaan HLA dalam klinik masih terbatas.
Pada banyak keadaan, antigen HLA yang berkaitan dengan penyakit juga terjadi
relatif sering pada penduduk normal sehingga spesifitas penyakit berkurang.
Disamping itu tidak semua pasien yang sakit mempunyai jenis HLA yang berkaitan
dengan penyakitnya sehingga sensitifitasnya berkurang. Kaitan HLA dengan
penyakit juga berbeda-beda pada berbagai etnik populasi. Penjelasan yang mungkin
atas kaitan HLA yang bervariasi dan tidak lengkap ini adalah dengan
ditemukannya beberapa alel HLA yang bereda tetapi mempunyai sequensi (rentetan)
asam amino polimorfis yang sama (hipotesis epitop bersama).Walaupun sekarang
dapat dilakukan pemeriksaan HLA secara molekular, sehingga dapat dideteksi
urutan asam amino yang berkaitan dengan penyakit, tetapi adanya frekuensi HLA
tertentu yang tinggi dalam populasi normal masih membuat manfaatnya terbatas
sebagai uji klinis. Walaupun begitu ada beberapa penyakit rematik yang dengan
pemeriksaan HLA sekarang ini dapat merupakan informasi klinis yang berguna
untuk diagnosis dan prognosis dan dapat berperan lebih besar pada pengobatan
dimasa yang akan datang.
2. Pengertian
Rheumatoid Artritis
Rheumatoid Artritis
adalah kelainan inflamasi yang terutama mengenai mengenai membran sinovial dari
persendian dan umumnya ditandai dengan dengan nyeri persendian, kaku sendi,
penurunan mobilitas, dan keletihan( Diane C. Baughman. 2000).
Rheumatoid Artritis adalah
suatu penyakit inflamasi kronik dengan manifestasi utama poliartritis progresif
dan melibatkan seluruh organ tubuh ( Arif Mansjour. 2001).
Rheumatoid Artritis adalah
gangguan autoimun kronik yang menyebabkan proses inflamasi pada sendi (Lemone
& Burke, 2001).
Dari
beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan Rheumatoid Artritis adalah gangguan autoimun yang kronis yang menyebabkan peradangan pada persendian
yang ditandai dengan nyeri persendian, kaku sendi, penurunan mobilitas dan keletihan.
3. Etiologi
Rheumatoid Artritis
Penyebab Rheumatoid
artritis sampai sekarang belum diketahui. Beberapa faktor dibawah diduga
berperan dalam timbulnya penyakit ini. Faktor itu antara lain:
a. Faktor
genetik dan lingkungan
Terdapat hubungan
antara HLA – DW4 dengan Rheumatoid Artritis seropositif yaitu penderita
mempunyai resiko 4x banyak terserang penyakit ini.
b. Hormon
seks
c. Infeksi
Dugaan adanya infeksi
timbul karena adanya sakit terjadi secara mendadak dan disertai tanda – tanda
peradangan penyebab infeksi bakteri, mikroplasma, dan virus.
d. Heat
Syok Protein
HSP merupakan
sekelompok protein berukuran sedang yang dibentuk oleh tubuh sebagai respon
stres.
e. Radikal
bebas
Contohnya radikal
superokside dan lipid perokside yang merangsang keluarnya prostalgladin
sehingga menimbulkan rasa nyeri, peradangan, dan pembengkakan.
f. Usia
Penyakit ini terjadi
pada usia 20 – 60 tahun. Tetapi banyak terjadi antara 35 – 45 tahun.
Rheumatoid Artritis
merupakan bentuk artritis yang serius yang disebabkan oleh peradangan kronis
yang bersifat progresif, yang menyangkut persendian. Ditandai dengan sakit dan
bengkak pada sendi – sendi terutama jari – jari tangan, pergelangan tangan,
siku dan lutut. Destruksi jaringan sendi terjadi melalui dua cara yaitu:
a. Destruksi
pencernaan oleh produksi protease, kolagenase, dan enzim hidrolitik lainnya.
Enzim ini memecah kartilago, ligamen, tendon dan persendian tulang serta
dilepaskannya bersama dengan radikal – radikal O2 dan metabolit asam
arakidonat oleh leukosit polimorfonuklear dalam cairan sinovial. Proses ini
diduga adalah bagian dari respon autoimun terhadap antigen yang diproduksi
secara lokal.
b. Destruksi
jaringan juga terjadi melalui kerja panus rematoid. Panus merupakan jaringan
granulasi atau vaskuler yang terbentuk dari sinovium yang meradang dan kemudian
meluas kesendi. Disepanjang pinggir panus terjadi destruksi, kolagen, dan
proteoglikan melalui produksi enzim oleh sel didalam panus tersebut.
4. Patofisiologi
Inflamasi
mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti vaskular,
eksudat febrin dan infiltrasi selular.
Peradangan yang berkelanjutan, sinovial menjadi menebal, terutama pada
sendi artikular kartilago dari sendi.
Pada persendian ini granulasi membentuk pannus, atau penutup yang menutupi
kartilago. Pannus masuk ke tulang sub
chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan pada
nutrisi kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis.
Tingkat
erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi. Bila kerusakan kartilago sangat luas maka
terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang
bersatu (ankilosis). Kerusakan kartilago
dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan
subluksasi atau dislokasi dari persendian.
Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis setempat.
Lamanya
arthritis rhematoid berbeda dari tiap orang. Ditandai dengan masa adanya
serangan dan tidak adanya serangan.
Sementara ada orang yang sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya
tidak terserang lagi. Yang lain.
terutama yang mempunyai faktor rhematoid (seropositif gangguan rhematoid)
gangguan akan menjadi kronis yang progresif.
1. Tanda
dan Gejala
a. Tanda
dan gejala setempat
1) Sakit
persendian disertai kaku terutama pada pagi hari (morning stiffness) dan
gerakan terbatas, kekakuan berlangsung tidak lebih dari 30 menit dan dapat
berlanjut sampai berjam-jam dalam sehari. Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan
osteoartritis yang biasanya tidak berlangsung lama.
2) Lambat
laun membengkak, panas merah, lemah
3) Poli
artritis simetris sendi perifer Semua
sendi bisa terserang, panggul, lutut, pergelangan tangan, siku, rahang dan
bahu. Paling sering mengenai sendi kecil tangan, kaki, pergelangan tangan,
meskipun sendi yang lebih besar
seringkali terkena juga
4) Artritis
erosif sifat radiologis penyakit ini. Peradangan sendi yang kronik menyebabkan
erosi pada pinggir tulang dan ini dapat dilihat pada penyinaran sinar X
5) Deformitas
pergeseran ulnar, deviasi jari-jari, subluksasi sendi metakarpofalangea,
deformitas b€outonniere dan leher angsa. Sendi yang lebih besar mungkin juga
terserang yang disertai penurunan kemampuan fleksi ataupun ekstensi. Sendi
mungkin mengalami ankilosis disertai kehilangan kemampuan bergerak yang total
6) Rematoid
nodul merupakan massa subkutan yang terjadi pada 1/3 pasien dewasa, kasus ini
sering menyerang bagian siku (bursa olekranon) atau sepanjang permukaan
ekstensor lengan bawah, bentuknya oval atau bulat dan padat.
7) Kronik
Ciri khas rematoid artritis
b. Tanda
dan gejala sistemik
Lemah, demam
tachikardi, berat badan turun, anemia, anoreksia. Bila ditinjau dari stadium,
maka pada RA terdapat tiga stadium yaitu:
1) Stadium
sinovitis
Pada
stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai adanya
hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat istirahat maupun saat bergerak,
bengkak, dan kekakuan.
2) Stadium
destruksi
Pada
stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi juga pada
jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon. Selain tanda dan
gejala tersebut diatasterjadi pula perubahan bentuk pada tangan yaitu bentuk
jari swan-neck.
3) Stadium
deformitas
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif
dan berulang kali, deformitas dan ganggguan fungsi secara menetap. Perubahan
pada sendi diawali adanya sinovitis, berlanjut pada pembentukan pannus,
ankilosis fibrosa, dan terakhir ankilosis tulang.
2. Komplikasi
Kelainan
sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus peptikum yang
merupakan komplikasi utama penggunaan obat obat antiinflamasi non-steroid
(OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit(desease modifying antirhematoid
drugs,DMARD) yang menjadi faktor penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada
arthritis rheumatoid.Komplikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas,
sehingga sukar dibedakan akibat lesi artikuler dan lesi neuropatik. Umumnya
berhubungan dengan myelopati akibat ketidakstabilan vertebra vertical dan
neuropati iskemik akibat vaskulitis.
3. Prognosis
Pada
umumnya pasien artritis reumatoid akan mengalami manifestasi penyakit yang
bersifat monosiklik (hanya mengalami satu episode arthritis reumatoid dan
selanjutnya akan mengalami remisi sempurna). Tapi sebagian besar penyakit ini
telah terkena artritis reumatoid akan menderita penyakit ini selama sisa
hidupnya dan hanya diselingi oleh beberapa masa remisi yang singkat (jenis
polisiklik). Sebagian kecil lainnya akan menderita arthritis reumatoid yang
progresif yang disertai dengan penurunan kapasitas fungsional yang menetap pada
setiap eksaserbasi. Seperti telah disebutkan sebelumnya, bahwasannya penyakit
ini bersifat sistemik. Maka seluruh organ dapat diserang, baik mata,
paru-paru,jantung, ginjal, kulit, jaringan ikat, dan sebagainya. Bintik-bintik
kecil yang berupa benjolan atau noduli dan tersebar di seluruh organ di badan
penderita.Pada paru-paru dapat menimbulkan lung fibrosis, pada jantung dapat
menimbulkan pericarditis, myocarditis dan seterusnya. Bahkan di kulit, nodulus
rheumaticus ini bentuknya lebih besar dan terdapat pada daerah insertio dan
otot-otot atau pada daerah extensor. Bila RA nodule ini kita sayat secara
melintang maka kita akan dapati gambaran: nekrosis sentralis yang dikelilingi
dengan sebukan sel-sel radang mendadak dan menahun yang berjajar seperti jeruji
roda sepeda (radier) dan membentuk palisade. Disekitarnya dikelilingi oleh
deposit-deposit fibrin dan di pinggirnya ditumbuhi dengan fibroblast. Benjolan
rematik ini jarang dijumpai pada penderita-penderita RA jenis ringan. Disamping
hal-hal yang disebutkan di atas gambaran anemia pada penderita RA bukan
disebabkan oleh karena kurangnya zat besi pada makanan atau tubuh penderita.
Hal ini timbul akibat pengaruh imunologik, yang menyebabkan zat-zat besi
terkumpul pada jaringan limpa dan sistema retikulo endotelial, sehingga
jumlahnya di daerah menjadi kurang. Kelainan sistem pencernaan yang sering
dijumpai adalah gratitis dan ulkus peptik yang merupakan komplikasi utama
penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan
penyakit (desease modifying antiremathoid drugs, DMARD) yang menjadi faktor
penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada artritis reumatoid. Komplikasi
saraf yang terjadi tidak memberikan gambaran jelas, sehingga sukar dibedakan
antara akibat lesi artikular dan lesi neuropatik. Umumnya berhubungan dengan
mielopati akibat ketidakstabilan vertebra servikal dan neuropati iskemik akibat
vaskulitis.
4. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi
adalah meringankan rasa nyeri dan peradangan, mempertahankan fungsi sendi dan
kapasitas fungisional maksimal penderita. Mencegah atau memperbaiki deformitas,
program terapi dasar terdiri dari 3 komponen dibawah ini yang merupakan sarana
pembantu untuk mencapai tujuan – tujuan tersebut:
a. Istirahat
b. Latihan
Fisik
c. Pengobatan
Belum
ada penyembuhan untuk AR. Penyakit biasanya berlangsung seumur hidup, sehingga
memerlukan penanganan seumur hidup pula. Walaupun hingga kini belum berhasil
didapatkan suatu cara pencegahan dan pengobatan AR yang sempurna, Dalam
pengobatan AR umumnya selau dibutuhkan pendekatan multidisipliner. Suatu tim
yang idealnya terdiri dari dokter, perawat, ahli fisioterapi, ahli terapi
okupasional, pekerja sosial, ahli farmasi, ahli gizi, dan ahli psikologi,
semuanya memiliki peranan masing-masing dalam pengelolaan pasien AR baik dalam
bidang edukasi maupun penatalaksanaan pengobatan penyakit ini. Beberapa jenis
obat yang digunakan pada AR antara lain sebagai berikut:
a.
Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS)
Obat
ini diberikan sejak mulai sakit untuk mengatasi nyeri sendi akibat proses
peradangan. Golongan obat ini tidak dapat melindungi rawan sendi maupun tulang
dari proses kerusakan akibat penyakit AR. Contoh obat golongan ini yaitu
Asetosal, Ibuprofen, Natrium Diclofenak, Indometasin, Asam flufenamat,
Piroksikam, Fenilbutason,dan Naftilakanon.
b.
Kortikosteroid
Obat
ini berkhasiat sebagai antiradang dan penekan reaksi imun (imunosupresif),
tetapi tidak bisa mengubah perkembangan penyakit AR. Kortikosteroid bisa
digunakan secara sistemik (tablet, suntikan IM) maupun suntikan lokal di
persendian yang sakit sehingga rasa nyeri dan pembengkakan hilang secara cepat.
Pengobatan kortikosteroid sistemik jangka panjang hanya diberikan kepada
penderita dengan komplikasi berat dan mengancam jiwa, seperti adang pembuluh
darah (vaskulitis).
c.
Desease Modifing Anti Rheumatoid Drugs
(DMARDs)/ Obat
Pengubah
perjalanan penyakit bila diagnosis AR telah ditegakkan, oabt golongan ini harus
segera diberikan. Beberapa ahli bahkan menganjurkan pemberian DMARDs, baik
sebagai obat tunggal maupun kombinasi dengan DMARDs lain pada tahap dini, baru
kemudian dikurangi secara bertahap bila aktivitas AR telah terkontrol. Bila
penggunaan satu jenis DMARDs dengan dosis adekuat selama 3-6 bulan tidak
menampakkan hasil, segera hentikan atau dikombinasi dengan DMARDs yang lain.
Contoh obat golongan ini yaitu Klorokuin, Hidroksiklorokuin, Sulfazalazine, D-
penisilamin, Garam Emas (Auro Sodium Thiomalate, AST ),Methothexate,
Cyclosporin-A dan Lefonomide.
d.
Obat imunosupresif
Obat
ini jarang digunakan karena efek samping jangka panjang yang berat seperti
timbulnya penyakit kanker, toksik pada ginjal dan hati.Suplemen antiokdsidan
Vitamin dan mineral yang berkhasiat antioksidan dapat diberikan sebagai
suplemen pengobatan seperti beta karoten, vitamin C, vitamin E,
dan selenium.
A. Asuhan
Keperawatan pada Pasien Rheumatoid Artritis
1.
Pengakajian
a. Riwayat
Kesehatan
Adanya keluhan sakit
dan kekakuan pada tangan, atau pada tungkai. Perasaan tidak nyaman dalam
beberapa periode/ waktu sebelum pasien mengetahui dan merasakan adanya
perubahan pada sendi.
b. Pemeriksaan
Fisik
Inspeksi
dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi (bilateral), amati warna kulit,
ukuran, lembut tidaknya kulit, dan pembengkakan. Lakukan pengukuran passive
range of mation pada sendi-sendi sinovial Catat bila ada deviasi (keterbatasan
gerak sendi), Catat bila ada krepitasi, Catat bila terjadi nyeri saat sendi
digerakkan. Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara bilateral
Catat bia ada atrofi, tonus yang berkurang. Ukur kekuatan otot, Kaji tingkat
nyeri, derajat dan mulainya, Kaji aktivitas/kegiatan sehari-hari.
c. Riwayat
Psiko Sosial
Pasien
dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup tinggi apalagi pad
pasien yang mengalami deformitas pada sendi-sendi karean ia merasakan adanya
kelemahan-kelemahan pada dirinya dan merasakan kegiatan sehari-hari menjadi
berubah. Perawat dapat melakukan pengkajian terhadap konsep diri klien
khususnya aspek body image dan harga diri klien.
2.
Diagnosa Keperawatan
a.
Gangguan Rasa Nyaman: Nyeri b.d proses
penyakit
b.
Gangguan immobilisasi fisik b.d
deformitas sendi
c.
Kurang pengetahuan b.d kondisi sakit
yang dialami
d.
Resiko cedera b.d kondisi sakit yang
dialami
3.
Intervensi Keperawatan
No.
|
Dx.
Ns
|
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
Dx.
Ns 1
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan keluhan klien
dapat berkurang atau hilang dengan kriteria hasil:
a.
Nyeri berkurang atau hilang
b.
Klien tampak rileks
|
a.
Ukur TTV klien
b.
Kaji lokasi nyeri dan tingkatan nyeri
c.
Ajarkan teknik relaksasi pada klien
d.
Berikan kompres air hangat pada pasien
e.
Berikan masase yang lembut
f.
Kolaborasi dalam pemberian OAINS jika diperlukan
|
a.
Untuk mengetahui respons tubuh terhadap nyeri.
b.
Untuk menentukan tindakan pengontrolan nyeri.
c.
Dengan relaksasi diharapkan nyeri yang dirasakan
pasien dapat berkurang
d.
Melebarkan pembuluh darah dan stimulasi
pengurangan nyeri
e.
Untuk meningkatkan relaksasi
f.
OAINS sebagai analgesik dan mengurangi peradangan
|
2.
|
Dx.
Ns 2
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan masalah klien
dapat teratasi dengan kriteria hasil:
a.
Klien mampu beraktivitas secara normal
b.
Klien dapat melakukan aktivitas secara mandiri
|
a.
Pertahankan istirahat tirah baring yang cukup
b.
Bantu klien dengan rentang gerak aktif atau pasif
secara bertahap
c.
Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman.
d.
Nilai kekuatan otot.
|
a.
Dengan istirahat tirah baring yang cukup dapat
membantu klien dalam mengatasi kelelahan dan memulihkan energi.
b.
Gerak aktif dan pasif dapat membantu klien dalam
meningkatkan kekuatan otot
c.
Untuk meningkatkan relaksasi klien dan mengurangi
kegelisahan klien
d.
Untuk menentukan kekuatan otot.
|
3.
|
Dx.
Ns 3
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam masalah klien dapat teratasi
dengan kriteria hasil:
a.
Klien mengetahui tentang penyakit yang diderita
b.
Klien mengetahui tentang cara – cara untuk
mengatasi sakit yang diderita
c.
Pengetahuan klien terhadap penyakit yang diderita
bertambah
|
a.
Berikan penyuluhan kepada klien dan keluarga
tentang Rheumatoid Artritis.
b.
Berikan penyuluhan kepada klien dan keluarga
tentang diet untuk penderita Rheumatoid Artritis
c.
Berikan penyuluhan kepada klien dan keluarga
tentang aktivitas yang sesuai dengan penderita Rheumatoid Artritis
|
a.
Dengan penyuluhan tentang sakit yang diderita
diharapkan klien dan keluarga, pengetahuan klien dan keluarga terhadap
Rheumatoid Artritis dapat bertambah
b.
Diet yang tepat dapat membantu klien dalam
mengurangi gejala sakit yang diderita dan membantu klien dalam memulihkan
kondisinya menjadi lebih baik
c.
Aktivitas yang tepat dapat menghindarkan klien
dari resiko cedera dan meminimalkan gejala Rematik
|
4.
|
Dx. Ns 4
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam masalah klien dapat teratasi dengan kriteria
hasil:
a.
Klien terhindar dari cedera fisik
b.
Klien dan keluarga memahami akan pentingnya lingkungan
yang mendukung untuk klien.
|
a.
Berikan pemahaman pada klien dan keluarga terhadap
kondisi klien.
b.
Berikan pemahaman pada keluarga tentang lingkungan
yang aman untuk klien bermobilisasi.
c.
Berikan pemahaman tentang pentingnya support
pendukung bagi klien
|
a.
Degan pemahaman yang baik dapat meningkatkan
pengetahuan dan cara berpikir klien ataupun keluarga tentang apa yang bisa
menyebabkan klien mengalami cedera.
b.
Lingkungan yang aman akan membantu klien dalam
menjaga kondisi serta menjauhkan klien dari resiko cedera.
c.
Support pendukung diperlukan untuk menciptakan
lingkungan yang positif dan kondusif bagi klien.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar