2.1
Stress
dan Kecemasan
2.1.1
Definisi
Stress adalah stimulus atau situasi
yang menimbulkan distres dan menciptakan tuntutan fisik dan psikis pada
seseorang. Stress membutuhkan koping dan adaptasi(12).
Stres merupakan bagian dari
kehidupan yang mempunyai efek positif dan negatif yang disebabkan karena
perubahan lingkungan. Secara sederhana stres adalah kondisi dimana adanya
respons tubuh terhadap perubahan untuk mencapai keadaan normal(13).
Stressor merupakan stimuli yang
mengawali atau memicu perubahan yang menimbulkan stres. Stresor mewakili
kebutuhan yang tidak terpenuhi, bisa berupa kebutuhan fisiologis, psikologis,
sosial, lingkungan, spiritual, dan sebagainya(6).
Kecemasan adalah respons emosional
terhadap penilaian(13).Ansietas
terjadi ketika seseorang merasa terancam baik secara fisik maupun psikologis(5).
Dari beberapa pengertian diatas
dapat disimpulkan bahwa ansietas merupakan suatu respons terhadap stress yang
diakibatkan karena tidak terpenuhinya kebutuhan , seperti kebutuhan fisiologis,
psikologis, sosial, lingkungan, spiritual, dan sebagainya.
2.1.2
Adaptasi
Terhadap Stress
Ansietas
berkaitan dengan stres. Oleh karena ansietas
timbul sebagai respons terhadap stres, baik stres fisiologis maupun stres
psikologis(5).
Respons psikologis terhadap stres
dapat berupa depresi, marah, dan
kecemasan. Terdapat empat adaptasi akan stress yaitu(6):
1.
Adaptasi Fisiologis
2.
Adaptasi Psikologis
3.
Adaptasi Sosial Budaya
4.
Adaptasi Spiritual
2.1.3
Teori
Ansietas
Ansietas
merupakan gejolak emosi seseorang yang berhubungan dengan sesuatu diluar
dirinya dan mekanisme diri yang digunakan dalam mengatasi permasalahan. Ada
beberapa teori yang menjelaskan mengenai asal ansietas, teori tersebut adalah:
1.
Teori
Psikoanalisis
Dalam pandangan psikoanalisis, ansietas adalah konflik emosional yang
terjadi antara dua elemen kepribadian yaitu ID dan Super Ego. ID mewakili
dorongan insting dan impuls primitif seseorang, sedangkan
super ego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma –
norma budaya seseorang. Ego berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen
tersebut, dan fungsi ansietas adalah
mengingatkan ego bahwa ada bahaya(5).
2.
Teori
Interpersonal
Dalam pandangan interpersonal ansietas timbul dari perasaan takut
terhadap penolakan saat berhubungan dengan orang lain. Hal ini juga dihubungkan
dengan trauma pada masa pertumbuhan, seperti kehilangan dan perpisahan dengan
orang yang dicintai. Penolakan terhadap eksistensi dri oleh orang lain ataupun
masyarakat akan menyebabkan individu yang bersangkutan menjadi cemas. Namun,
bila keberadaannya diterima oleh orang lain, maka ia akan merasa tenang dan
tidak cemas. Dengan demikian, ansietas
berkaitan dengan hubungan antara manusia(5).
3.
Teori
Perilaku
Menurut pandangan perilaku, ansietas merupakan hasil frustasi. Ketidakmampuan atau kegagalan
dalam mencapai suatu tujuan yang diinginkan akan menimbulkan frustasi atau
keputusasaan. Keputusasaan inilah yang menyebabkan seseorang menjadi ansietas(5).
4.
Teori
Kognitif
Perasaan subjektif terhadap ansietas secara langsung berkaitan
dengan pikiran individu tersebut dengan dirinya sendiri, masa depannya, dan
dunia. Pola kognitif yang salah dapat menyebabkan kesalahan persepsi tentang
makna berbagai hal yang terjadi ( dan karena menimbulkan ansietas)(12).
5.
Teori
Humanistik
Ansietas
berkaitan
dengan hilangnya arti dalam kehidupan seseorang(12).
2.1.4
Tingkat
Ansietas dan Karakteristik
Kemampuan individu untuk merespons
terhadap suatu ancaman berbeda satu sama lain. Perbedaan kemampuan ini
berimplikasi terhadap perbedaan tingkat yang dialaminya. Respons individu
terhadap ansietas beragam dari
ansietas ringan sampai panik(Gambar 2.2).
Rentang Respons
Ansietas
Respons Adaptif
Respons
Maladaptif
Antsipasi Ringan Sedang Berat Panik
|
Gambar 2.2: Rentang
Respons Ansietas(5)
Tiap tingkatan ansietas mepunyai
karakteristik atau manifestasi yang berbeda satu sama lain. Manifestasi ansietas yang terjadi
bergantung pada kematangan pribadi, pemahaman dalam menghadapi ketegangan,
harga diri, dan mekanisme koping yang digunakan(5).
Empat tingkatan kecemasan, yaitu
sebagai berikut(13):
1.
Cemas
Ringan
Cemas ringan berhubungan dengan
ketegangan akan peristiwa kehidupan sehari – hari. Pada tingkatan ini lapangan
persepsi melebar dan individu akan berhati – hati serta waspada. Individu
terdorong untuk belajar yang akan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.
Respons cemas ringan seperti sesekali bernapas pendek, nadi dan tekanan darah
naik, gejala ringan pada lambung, muka berkerut dan bibir gemetar, lapang
persepsi meluas, konsentrasi pada masalah, menyelesaikan masalah secara
efektif, tidak dapat duduk dengan tenang, dan tremor halus pada tangan.
2.
Cemas
Sedang
Pada tingkat ini lapang persepsi
terhadap masalah menurun. Individu lebih berfokus pada hal – hal penting saat
itu dan mengesampingkan hal lain. Respons cemas sedang seperti sering napas
pendek, nadi dan tekanan darah naik, mulut kering, anoreksia, gelisah, lapang pandang menyempit, rangsang luar tidak
mampu diterima, bicara banyak dan lebih cepat, susah tidur, dan perasaan tidak
enak.
3.
Cemas
Berat
Pada cemas berat lapang persepsi
sangat sempit. Seseorang cenderung hanya memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan
hal yang penting. Seseorang tidak mampu berfikir berat lagi,dan membutuhkan
lebih banyak pengarahan atau tuntunan.
Respons kecemasan beratseperti
napas pendek, nadi dan tekanan darah meningkat, berkeringat dan sakit kepala,
pengelihatan kabur, ketegangan, lapang persepsi sangat sempit, tidak mampu
menyelesaikan masalah, blocking, verbalisasi cepat, dan perasaan ancaman
meningkat.
4.
Panik
Pada tahap ini lahan persepsi telah
terganggu sehingga individu tidak dapat mengendalikan diri lagi dan tidak dapat
melakukan apa – apa, walaupun telah diberi pengarahan.
Respons panik seperti napas pendek,
rasa tercekik dan palpitasi, sakit
dada, pucat, hipotensi, lapang
persepsi sangat sempit, tidak dapat berpikir logis, agitasi, mengamuk, marah, ketakutan, berteriak – teriak, blocking, hilang kendali, dan persepsi
kacau.
2.1.5
Faktor
Pencetus Ansietas
Faktor
yang dapat menjadi pencetus seseorang merasa cemas dapat berasal dari diri
sendiri (faktor internal) maupun dari luar dirinya (faktor eksternal). Namun
demikian pencetus ansietas dapat
dikelompokkan kedalam dua kategori yaitu(5):
1.
Ancaman terhadap integritas diri,
meliputi ketidakmampuan fisiologis atau gangguan dalam melakukan aktivitas
sehari – hari guna pemenuhan terhadap kebutuhan dasarnya.
2.
Ancaman terhadap sistem diri yaitu,
adanya sesuatu yang dapat mengancam terhadap identitas diri, kehilangan status
atau peran diri, dan hubungan interpersonal.
Sedangkan
menurut Tarwoto dan Wartonah (2010) faktor – faktor yang dapat menimbulkan
stress antara lain(13):
1.
Lingkungan yang asing
2.
Kehilangan kemandirian sehingga
mengalami ketergantungan dan memerlukan bantuan orang lain
3.
Berpisah dengan pasangan dan keluarga
4.
Masalah biaya
5.
Kurang informasi
6.
Ancaman akan penyakit yang lebih parah
7.
Masalah pengobatan
Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa penyebab stress dapat berasal dari internal (
perpisahan dengan keluarga, hilangnya kemandirian) dan dari eksternal (
pengobatan, biaya, lingkungan).
2.1.6
Faktor
yang Mempengaruhi Respon Kecemasan
Menurut Rasmun (2004), kemampuan
individu dalam merespon kecemasan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain(14):
1.
Sifat Stressor
Sifat stressor dapat berubah secara tiba – tiba atau berangsur – angsur
dan dapat mempengaruhi seseorang dalam mengahadapi kecemasan, tergantung
mekanisme koping seseorang.
2.
Jumlah Stressor yang Bersamaan
Pada waktu yang sama terdapat
sejumlah stressor yang harus dihadapi
bersama. Semakin banyak stressor yang
dihadapi seseorang, semakin besar dampaknya bagi fungsi tubuh sehungga jika
terjadi stressor yang kecil dapat
mengakibatkan reaksi yang berlebihan.
3.
Lama Stressor
Memanjangnya stressor dapat menyebabkan menurunnya kemampuan individu mengatasi
stress. Karena individu berada dalam fase kelelahan, individu sudah kehabisan
tenaga untuk menghadapi stressor tersebut.
4.
Pengalaman Masa Lalu
Pengalaman masa lalu individu dalam
menghadapi kecemasan dapat mempengaruhi individu ketika menghadapi stressor yang sama karena individu
memiliki kemampuan beradaptasi atau mekanisme koping yang lebih baik, sehingga
tingkat kecemasan pun akan berbeda dan dapat menunjukkan tingkat kecemasan yang
lebih ringan.
5.
Tingkat Perkembangan
Tingkat perkembangan individu dapat
membentuk kemampuan adaptasi yang ssemakin baik terhadap stressor. Pada tiap tingkat perkembangan terdapat sifat stressor yang berbeda sehingga resiko
terjadi stres dan kecemasan akan berbeda pula.
Asmadi. Teknik
Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta:
Salemba Medika:2008
Aziz Aimul Hidayat. Pengantar
Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika; 2006
Ann Isaacs. Panduan
Belajar Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatrik. Jakarta: EGC; 2005
Tarwoto, Wartonah. Kebutuhan
Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta:Salemba Medika; 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar