Selasa, 08 Januari 2013


2.1         Stress dan Kecemasan
2.1.1   Definisi
Stress adalah stimulus atau situasi yang menimbulkan distres dan menciptakan tuntutan fisik dan psikis pada seseorang. Stress membutuhkan koping dan adaptasi(12).
Stres merupakan bagian dari kehidupan yang mempunyai efek positif dan negatif yang disebabkan karena perubahan lingkungan. Secara sederhana stres adalah kondisi dimana adanya respons tubuh terhadap perubahan untuk mencapai keadaan normal(13).
Stressor merupakan stimuli yang mengawali atau memicu perubahan yang menimbulkan stres. Stresor mewakili kebutuhan yang tidak terpenuhi, bisa berupa kebutuhan fisiologis, psikologis, sosial, lingkungan, spiritual, dan sebagainya(6).
Kecemasan adalah respons emosional terhadap penilaian(13).Ansietas terjadi ketika seseorang merasa terancam baik secara fisik maupun psikologis(5).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa ansietas merupakan suatu respons terhadap stress yang diakibatkan karena tidak terpenuhinya kebutuhan , seperti kebutuhan fisiologis, psikologis, sosial, lingkungan, spiritual, dan sebagainya.

2.1.2   Adaptasi Terhadap Stress
Ansietas berkaitan dengan stres. Oleh karena ansietas timbul sebagai respons terhadap stres, baik stres fisiologis maupun stres psikologis(5).
Respons psikologis terhadap stres dapat berupa depresi, marah, dan kecemasan. Terdapat empat adaptasi akan stress yaitu(6):
1.         Adaptasi Fisiologis
2.         Adaptasi Psikologis
3.         Adaptasi Sosial Budaya
4.         Adaptasi Spiritual
2.1.3   Teori Ansietas
Ansietas merupakan gejolak emosi seseorang yang berhubungan dengan sesuatu diluar dirinya dan mekanisme diri yang digunakan dalam mengatasi permasalahan. Ada beberapa teori yang menjelaskan mengenai asal ansietas, teori tersebut adalah:
1.        Teori Psikoanalisis
Dalam pandangan psikoanalisis, ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian yaitu ID dan Super Ego. ID mewakili dorongan insting dan impuls primitif seseorang, sedangkan super ego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma – norma budaya seseorang. Ego berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen tersebut, dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya(5).
2.        Teori Interpersonal
Dalam pandangan interpersonal ansietas timbul dari perasaan takut terhadap penolakan saat berhubungan dengan orang lain. Hal ini juga dihubungkan dengan trauma pada masa pertumbuhan, seperti kehilangan dan perpisahan dengan orang yang dicintai. Penolakan terhadap eksistensi dri oleh orang lain ataupun masyarakat akan menyebabkan individu yang bersangkutan menjadi cemas. Namun, bila keberadaannya diterima oleh orang lain, maka ia akan merasa tenang dan tidak cemas. Dengan demikian, ansietas berkaitan  dengan  hubungan antara manusia(5).
3.        Teori Perilaku
Menurut pandangan perilaku, ansietas merupakan hasil frustasi. Ketidakmampuan atau kegagalan dalam mencapai suatu tujuan yang diinginkan akan menimbulkan frustasi atau keputusasaan. Keputusasaan inilah yang menyebabkan seseorang menjadi ansietas(5).
4.        Teori Kognitif
Perasaan subjektif terhadap ansietas secara langsung berkaitan dengan pikiran individu tersebut dengan dirinya sendiri, masa depannya, dan dunia. Pola kognitif yang salah dapat menyebabkan kesalahan persepsi tentang makna berbagai hal yang terjadi ( dan karena menimbulkan ansietas)(12).
5.        Teori Humanistik
Ansietas berkaitan dengan hilangnya arti dalam kehidupan seseorang(12).
2.1.4   Tingkat Ansietas dan Karakteristik
Kemampuan individu untuk merespons terhadap suatu ancaman berbeda satu sama lain. Perbedaan kemampuan ini berimplikasi terhadap perbedaan tingkat yang dialaminya. Respons individu terhadap ansietas beragam dari ansietas ringan sampai panik(Gambar 2.2).
Rentang Respons Ansietas
 

 Respons Adaptif                                                                                               Respons Maladaptif


Antsipasi                       Ringan                           Sedang                       Berat                           Panik
Gambar 2.2: Rentang Respons Ansietas(5)
Tiap tingkatan ansietas mepunyai karakteristik atau manifestasi yang berbeda satu sama lain. Manifestasi ansietas yang terjadi bergantung pada kematangan pribadi, pemahaman dalam menghadapi ketegangan, harga diri, dan mekanisme koping yang digunakan(5).
Empat tingkatan kecemasan, yaitu sebagai berikut(13):
1.        Cemas Ringan
Cemas ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan sehari – hari. Pada tingkatan ini lapangan persepsi melebar dan individu akan berhati – hati serta waspada. Individu terdorong untuk belajar yang akan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas. Respons cemas ringan seperti sesekali bernapas pendek, nadi dan tekanan darah naik, gejala ringan pada lambung, muka berkerut dan bibir gemetar, lapang persepsi meluas, konsentrasi pada masalah, menyelesaikan masalah secara efektif, tidak dapat duduk dengan tenang, dan tremor halus pada tangan.
2.        Cemas Sedang
Pada tingkat ini lapang persepsi terhadap masalah menurun. Individu lebih berfokus pada hal – hal penting saat itu dan mengesampingkan hal lain. Respons cemas sedang seperti sering napas pendek, nadi dan tekanan darah naik, mulut kering, anoreksia, gelisah, lapang pandang menyempit, rangsang luar tidak mampu diterima, bicara banyak dan lebih cepat, susah tidur, dan perasaan tidak enak.
3.        Cemas Berat
Pada cemas berat lapang persepsi sangat sempit. Seseorang cenderung hanya memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal yang penting. Seseorang tidak mampu berfikir berat lagi,dan membutuhkan lebih banyak pengarahan atau tuntunan.
Respons kecemasan beratseperti napas pendek, nadi dan tekanan darah meningkat, berkeringat dan sakit kepala, pengelihatan kabur, ketegangan, lapang persepsi sangat sempit, tidak mampu menyelesaikan masalah, blocking, verbalisasi cepat, dan perasaan ancaman meningkat.
4.             Panik
Pada tahap ini lahan persepsi telah terganggu sehingga individu tidak dapat mengendalikan diri lagi dan tidak dapat melakukan apa – apa, walaupun telah diberi pengarahan.
Respons panik seperti napas pendek, rasa tercekik dan palpitasi, sakit dada, pucat, hipotensi, lapang persepsi sangat sempit, tidak dapat berpikir logis, agitasi, mengamuk, marah, ketakutan, berteriak – teriak, blocking, hilang kendali, dan persepsi kacau.


2.1.5   Faktor Pencetus Ansietas
Faktor yang dapat menjadi pencetus seseorang merasa cemas dapat berasal dari diri sendiri (faktor internal) maupun dari luar dirinya (faktor eksternal). Namun demikian pencetus ansietas dapat dikelompokkan kedalam dua kategori yaitu(5):
1.        Ancaman terhadap integritas diri, meliputi ketidakmampuan fisiologis atau gangguan dalam melakukan aktivitas sehari – hari guna pemenuhan terhadap kebutuhan dasarnya.
2.        Ancaman terhadap sistem diri yaitu, adanya sesuatu yang dapat mengancam terhadap identitas diri, kehilangan status atau peran diri, dan hubungan interpersonal.
Sedangkan menurut Tarwoto dan Wartonah (2010) faktor – faktor yang dapat menimbulkan stress antara lain(13):
1.        Lingkungan yang asing
2.        Kehilangan kemandirian sehingga mengalami ketergantungan dan memerlukan bantuan orang lain
3.        Berpisah dengan pasangan dan keluarga
4.        Masalah biaya
5.        Kurang informasi
6.           Ancaman akan penyakit yang lebih parah
7.        Masalah pengobatan
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penyebab stress dapat berasal dari internal ( perpisahan dengan keluarga, hilangnya kemandirian) dan dari eksternal ( pengobatan, biaya, lingkungan).
2.1.6   Faktor yang Mempengaruhi Respon Kecemasan
Menurut Rasmun (2004), kemampuan individu dalam merespon kecemasan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain(14):
1.        Sifat Stressor
Sifat stressor dapat berubah secara tiba – tiba atau berangsur – angsur dan dapat mempengaruhi seseorang dalam mengahadapi kecemasan, tergantung mekanisme koping seseorang.
2.        Jumlah Stressor yang Bersamaan
Pada waktu yang sama terdapat sejumlah stressor yang harus dihadapi bersama. Semakin banyak stressor yang dihadapi seseorang, semakin besar dampaknya bagi fungsi tubuh sehungga jika terjadi stressor yang kecil dapat mengakibatkan reaksi yang berlebihan.
3.        Lama Stressor
Memanjangnya stressor dapat menyebabkan menurunnya kemampuan individu mengatasi stress. Karena individu berada dalam fase kelelahan, individu sudah kehabisan tenaga untuk menghadapi stressor tersebut.
4.        Pengalaman Masa Lalu
Pengalaman masa lalu individu dalam menghadapi kecemasan dapat mempengaruhi individu ketika menghadapi stressor yang sama karena individu memiliki kemampuan beradaptasi atau mekanisme koping yang lebih baik, sehingga tingkat kecemasan pun akan berbeda dan dapat menunjukkan tingkat kecemasan yang lebih ringan.
5.        Tingkat Perkembangan
Tingkat perkembangan individu dapat membentuk kemampuan adaptasi yang ssemakin baik terhadap stressor. Pada tiap tingkat perkembangan terdapat sifat stressor yang berbeda sehingga resiko terjadi stres dan kecemasan akan berbeda pula.


Asmadi. Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika:2008
Aziz Aimul Hidayat. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika; 2006
Ann Isaacs. Panduan Belajar Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatrik. Jakarta: EGC; 2005
Tarwoto, Wartonah. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta:Salemba Medika; 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar