Selasa, 08 Januari 2013

mekanisme koping


2.1         Mekanisme Koping
2.1.1   Definisi
Mekanisme koping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan, serta respon terhadap situasi yang mengancam(2).
Mekanisme koping merupakan suatu proses dimana individu berusaha untuk menanggani dan menguasai  situasi stres yang menekan akibat dari masalah yang sedang dihadapinya dengan cara melakukan perubahan kognitif maupun perilaku  guna memperoleh rasa aman dalam dirinya(14)
Mekanisme koping adalah menunjuk pada baik mental maupun perilaku,  untuk menguasai, mentoleransi, mengurangi, atau minimalisasikan suatu situasi atau kejadian yang penuh tekanan(14).
Dapat disimpulkan dari beberapa pengertian diatas bahwa mekanisme koping adalah cara yang dilakukan individu dalam menangani dan menghadapi stress yang dialami.
2.1.2   Penggolongan Mekanisme Koping
Mekanisme koping berdasarkan penggolongannya dibagi menjadi 2 (dua) (Stuart dan Sundeen, 1995) yaitu(14) :
1.        Mekanisme koping adaptif
Mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar dan mencapai tujuan. Kategorinya adalah berbicara dengan orang lain, memecahkan masalah secara efektif, teknik relaksasi, latihan seimbang dan aktivitas konstruktif.


2.        Mekanisme Koping Maladaptif
Mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan. Kategorinya adalah makan berlebihan / tidak makan, bekerja berlebihan, menghindar.
2.1.3        Aspek – Aspek Koping
Koping dapat dikaji melalui berbagai aspek, salah satunya adalah aspek psikososial sebagai berikut(15):
1.        Reaksi orientasi tugas berorientasi terhadap tindakan untuk memenuhi tuntutan dari situasi stres secara realistis, dapat beupa konstruktif atau destruktif. Misalnya sebagai berikut:
1)        Perilaku menyerang (agresif)
Biasanya untuk menghilangkan atau mengatasi rintangan untuk memuaskan kebutuhan.
2)        Perilaku menarik diri (Isos)
Digunakan untuk menghilangkan sumber – sumber ancaman, baik secara fisik atau psikologis.
3)        Perilaku Kompromi ( Win – win solution)
Digunakan untuk mengubah cara melakukan, tujuan, atau memuaskan aspek kebutuhan pribadi seseorang.
cemas
Respons Perilaku
cemas
stressor
kesuksesan
Cemas
Mencoba respons perilaku lainnya
kegagalan
Gambar 2.3 : individu belajar mengkoping stress dengan cara yang berbeda. Pola koping melekat, tetapi ada saatnya respons pikiran dibutuhkan untuk mengatasi stresor yang sukses(16)

2.        Mekanisme pertahanan ego seseorang sering disebut sebagai mekanisme pertahanan mental. Adapun mekanisme pertahanan ego adalah sebagai berikut(15):
1)        Kompensasi
Proses dimana seseorang memperbaiki penurunan citra diri secara tegas menonjolkan keistimewaan atau kelebihan yang dimiliki atau menutupi kelemahannya dengan menonjolkan kelebihannya.
2)        Penyangkalan (denial)
Menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas dengan mengingkari realitas tersebut atau menolak untuk menerima atau menghadapi kenyataan yang tidak enak. Mekanisme pertahan ini adalah yang paling sederhana dan primitif.
3)        Pemindahan (displacement)
Pengalihan emosi yang semula ditunjukan pada seseorang atau benda lain yang biasanya netral atau lebih sedikit mengancam dirinya.
4)        Disosiasi
Pemisahan sesuatu kelompok proses mental atau perilaku dari kesadaran atau identitasnya. Keadaan dimana terdapat dua atau lebih kepribadian pada diri seorang individu.
5)        Identifikasi (identification)
Proses dimana seseorang untuk menjadi seseorang yang ia kagumi berupaya dengan mengambil atau menirukan pikiran – pikiran, perilaku serta selera orang tersebut.
6)        Intelektualisasi (Intelektualization)
Menggunakan logika dan alasan yang berlebihan untuk menghindari pengalaman yang menggangu perasaannya.
7)        Introjeksi (Introjection)
Suatu jenis identifikasi yang kuat dimana seseorang mengambil dan meleburkan nilai – nilai serta kualitas seseorang atau suatu kelompok kedalam struktur egonya sendiri, yang berasal dari hati nurani.
8)        Isolasi
Pemisahan unsur emosional dari suatu pikiran yang menggangu dapat bersifat sementara atau berjangka panjang.
9)        Rasionalisasi
Mengemukakan penjelasan yang tampak logis dan dapat diterima masyarakat untuk menghalalkan atau membenarkan dorongan yang tidak dapat diterima.
10)    Reaksi formasi
Pengembangan sikap dan pola perilaku yang ia sadari bertentangan dengan apa yang ia rasakan atau yang ia ingin lakukan.
11)    Regresi
Kemunduran akibat stres terhadap perilaku dan merupakan ciri khas dari suatu taraf perkembangan lebih dini.
12)    Represi
Pengesampingan secara tidak sadar tetntang pikiran, impuls, atau ingatan yang menyakitkan atau bertentangan, dari kesadaran seseorang. Merupakan pertahanan ego primer yang cenderung diperkuat oleh mekanisme lain.
13)    Pemisahan (Splitting)
Sikap mengumpulkan orang atau keadaan hanya sebagai semuanya baik atau semuanya buruk. Orang semacam ini mengalami kegagalan untuk memadukan nilai – nilai positif dan negatif dalam diri sendiri.
14)    Sublimasi
Penerimaan suatu sasaran pengganti yang mulia, artinya dimata masyarakat terdapat dorongan yang mengalami halangan dalam penyaluran secara normal. Sublimasi juga bisa diartikan sebagai mengganti keinginan atau tujuan yang menghambat dengan cara yang dapat diterima oleh masyarakat.
15)    Supresi
Suatu proses digolongkan sebagai mekanisme pertahan, tetapi sebetulnya analog represi yang disadari.
16)    Undoing
Tindakan atau perilaku atau komunikasi yang menghapuskan sebagian dari tindakan atau perilaku atau komunikasi sebelumnya, merupakan mekanisme pertahanan primitif.
17)    Fiksasi
Berhentinya tingkat perkembangan pada salah satu aspek tertentu seperti emosi tingkah laku atau pikiran sehingga perkembangan selanjutnya terhambat.
18)    Simbolisasi
Menggunakan benda atau tingkah laku sebagai simbol pengganti suatu keadaan atau hal yang sebenarnya.
19)    Konversi
Transformasi konflik emosional kedalam bentuk gejala – gejala jasmani.
2.1.4        Gaya Koping
1.             Gaya Koping Positif
Merupakan gaya koping yang  mampu mendukung integritas ego.
1)        Problem Solving
Merupakan usaha untuk memecahkan suatu masalah. Masalah harus dihadapi dan dipecahkan , dan bukan dihindari atau ditekan dialam bawah sadar, seakan – akan itu tidak berarti. Dengan demikian, sedikit apapun masalah yang terjadi sebaiknya harus diselesaikan(15)
Strategi pemecahan masalah bertujuan untuk mengatasi atau menanggulangi msalah atau ancaman yang ada dengan kemampuan pengamatan secara realistis. Beberapa contoh strategi pemecahan masalah yang dapat digunakan antara lain(15):
(1)       Meminta bantuan kepada orang lain
(2)      Secara besar hati, mampu mengungkapkan perasaan sesuai dengan situasi yang ada.
(3)      Mencari lebih banyak informasi terkait dengan masalah yang dihadapi, sehingga masalah tersebut dapat diatasi secara realistis.
(4)      Menyusun beberapa rencana untuk memecahkan masalah.
(5)      Meluruskan pikiran atau persepsi terhadap masalah. Sesungguhnya bayangan pikiran yang dimiliki setiap orang memberikan pengaruh yang besar dalam kehidupan pribadi. Pikiran tersebut mengenai apa yang dilakukan. Sebab, segala sesuatu yang dilakuakan seseorang adalah reaksi langsung dari apa yang ada dalam pikirannya.
Strategi pemecahan masalah ini secara ringkas dapat digunakan dengan metode  STOP (Source, Trial and Error, Others, serta Pray and Patient). Source berarti mencari dan mengidentifikasi apa yang menjadi sumber masalah. Trial and Error berarti mencoba berbagai rencana pemecahan masalah yang telah disusun. Bila satu metode tidak berhasil, maka mencoba lagi dengan metode lain. Begitu selanjutnya. Hal yang perlu dihindari adalah adanya rasa keputusasaan terhadap kegagalan yang dialami. Others berarti meminta bantuan orang lain bila diri sendiri tidak mampu. Pray and Patient yaitu berdoa kepada Tuhan sebab dia adalah Zat yang Maha Mengetahui segala sesuatu yang ada didunia ini. Dia pula yang memberikan jalan terbaik buat manusia sebab manusia memiliki banyak keterbatasan. Dengan berdoa, maka hati, jiwa, pikiran seseorang akan menjadi tenteram dan tenang. Juga harus sabar dengan berlapang dada menerima kenyataan yang ada pada dirinya. Penerimaan terhadap apa yang ada pada diri akan membuat seseorang lebih menikmati hidup dan ringan bebas psikologisnya, walaupun dalam pandangan orang lain orang tersebut berada dalam kehinaan(5).
2)         Utilizing Social Support
Merupakan tindak lanjut dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, ketika masalah itu belum terselesaikan. Hal ini tidak lepas dari keterbatasan manusia dalam menyelesaikan masalahnya sendiri. Hal ini terjadi karena rumitnya masalah yang dihadapi. Untuk itu sebagai makhluk sosial, bila seseorang mempunyai masalah yang tidak mampu diselesaikan sendiri, seharusnya tidak disimpan sendiri dalam pikirannya, namun carilah dukungan orang lain yang dapat dipercaya dan mampu memberikan bantuan dalam bentuk masukan dan saran dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya tersebut. Semakin banyak dukungan dari orang lain, maka semakin efektif upaya penyelesaian masalahnya(15).
3)        Looking for Silver Linning
Kepelikan masalah yang dihadapi terkadang akan membawa kebuntuan dalam upaya menyelesaikan masalah.sesulit dan sepelik apapun masalah yang dihadapi, setidaknya manusia harus berfikir positif dan mengambil hikmahnya. Tidak ada seorang pun yang terbebas dari masalah, karena dengan masalah itu manusia berfikir, bertindak, dan berperilaku(15).
2.         Gaya Koping Negatif
Merupakan gaya koping yang kan menurunkan integritas ego, dalam penentuan gaya koping aakan merusak dan merugikan dirinya sendiri(15).
1)        Avoidence
Merupakan bentuk dari proses internalisasi terhadap suatu pemecahan masalah kedalam alam bawah sadar yang menghilangkan atau membebaskan diri dari suatu tekanan mental akibat masalah – masalah yang dihadapi. Cara ini dapat dikatakan sebagai usaha untuk mengatasi situasi tekanan dengan lari dari situasi tersebut atau menghindari masalah yang berujung pada penumpukan masalah dikemudian hari. Bentuk pelarian diri diantaranya dengan beralih pada hal lain seperti makanan, minuman, merokok, atau menghilangkan masalah sesaat untuk tujuan sesaat, padahal hanya merupakan upaya untuk menunda masalah dan bukan menyelesaikan masalah.
2)        Self  Blame
Merupakan bentuk dari ketidakberdayaan atas masalah diri sendiri tanpa evaluasi diri yang optimal. Kegagalan orang lain dialihkan dengan menyalahkan diri sendiri tanpa evaluasi diri yang optimal. Kegagalan orang lain dialihkan dengan menyalahkan dirinya sendiri sehingga menekan kreativitas dan ide yang berdampak pada penarikan diri dari struktur sosial.
3)        Wishfull Thinking
Kegagalan dalam mencapiai tujuan yang diinginkan seharusnya menjadikan seseorang berada pada kesedihan yang mendalam. Hal ini terjadi karena dalam penentuan standar diri, riset, atau dikondisikan terlalu tinggi sehingga sulit untuk dicapai. Penentuan standar yang terlalu tinggi menjadikan seseorang terbuai khayalan dan impian tanpa kehadiran fakta yang nyata. Menyesali kegagalan berakibat kesedihan yang mendalam merupakan bentuk dari berduka yang disfungsional, dimana hal tersebut merupakan pintu dari seseorang mengalami gangguan jiwa.
Kesimpulan dari penjelasan diatas adalah terdapat dua gaya koping, yaitu gaya koping positif dan gaya koping negatif. Gaya koping positif terdiri dari problem solving, utilizing social support, looking for silver linning. Sedangkan gaya koping negatif terdiri dari avoidence, self blame, wishfull thinking.


2.1.5        Faktor yang Mempengaruhi Strategi Koping
Cara individu menangani situasi yang mengandung tekanan ditentukan oleh sumber daya individu yang meliputi kesehatan fisik/energi, keterampilan memecahkan masalah, keterampilan sosial dan dukungan sosial dan materi(14).
1.        Kesehatan Fisik
Kesehatan merupakan hal yang penting, karena selama dalam usaha mengatasi stres individu dituntut untuk mengerahkan tenaga yang cukup besar.
2.        Keyakinan atau pandangan positif
Keyakinan menjadi sumber daya psikologis yang sangat penting, seperti keyakinan akan nasib (external locus of control) yang mengerahkan individu pada penilaian ketidakberdayaan (helplessness) yang akan menurunkan kemampuan strategi coping tipe : problem-solving focused coping.
3.        Keterampilan memecahkan masalah
Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk mencari informasi, menganalisa situasi, mengidentifikasi masalah dengan tujuan untuk menghasilkan alternatif tindakan, kemudian mempertimbangkan alternatif tersebut sehubungan dengan hasil yang ingin dicapai, dan pada akhirnya melaksanakan rencana dengan melakukan suatu tindakan yang tepat.


4.        Keterampilan sosial
Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk berkomunikasi dan bertingkah laku dengan cara-cara yang sesuai dengan nilai-nilai sosial yang berlaku dimasyarakat.
5.        Dukungan sosial
Dukungan ini meliputi dukungan pemenuhan kebutuhan informasi dan emosional pada diri individu yang diberikan oleh orang tua, anggota keluarga lain, saudara, teman, dan lingkungan masyarakat sekitarnya.
6.        Materi
Dukungan ini meliputi sumber daya daya berupa uang, barang barang atau layanan yang biasanya dapat dibeli.
2.1.6   Intervensi Keperawatan Pasien dengan Ansietas
Pada klien dengan ansietas ringan, tidak ada intervensi khusus sebab pada ansietas ringan ini klien masih mampu mengontrol dirinya dan mampu membuat keputusan yang tepat dalam penyelesaian masalah. Sedangkan pada ansietas sedang intervensi yang dapat dilakukan adalah dengan mengembangkan pola mekanisme koping yang positif (5).
Pada ansietas berat dan panik, terdapat strategi khusus yang perlu diperhatikan oleh perawat dalam pemberian asuhan keperawatan. Prinsip intervensi keperawatan pada klien tersebut adalah melindungi klien dari bahaya fisik dan memberikan rasa aman pada klien karena klien tidak dapat mengendalikan perilakunya(5).
Setelah tingkat ansietas klien menurun sampai tingkat sedang atau ringan, prinsip intervensi keperawatan yang diberikan adalah re – edukatif atau berorientasi pada kognitif. Tujuannya adalah menolong klien dalam mengembangkan kemampuan menoleransi ansietas dengan mekanisme koping dan strategi pemecahan masalah yang konstruktif. Intervensi utama yang harus dilakukan oleh perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien ansietas adalah menyadari untuk mengenali perasaannya dan juga mampu mengendalikannnya(5).
Kesimpulan dari pernyataan diatas adalah bahwa ansietas memerlukan mekanisme koping yang tepat bergantung dari derajat kecemasan yang dialami. Semakin tinggi tingkat kecemasan maka koping yang tepat diperlukan guna untuk membuat klien menyadari kecemasan yang dialaminya dan memaksimalkan faktor pendukung untuk membantu memecahkan permasalahan yang dialami.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar