2.1
Mekanisme
Koping
2.1.1
Definisi
Mekanisme koping adalah cara yang
dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan
perubahan, serta respon terhadap situasi yang mengancam(2).
Mekanisme koping merupakan suatu proses dimana individu berusaha untuk
menanggani dan menguasai situasi
stres yang menekan akibat dari masalah yang sedang dihadapinya dengan
cara melakukan perubahan kognitif maupun perilaku guna memperoleh rasa
aman dalam dirinya(14).
Mekanisme koping adalah menunjuk pada baik mental maupun
perilaku, untuk menguasai, mentoleransi, mengurangi, atau minimalisasikan
suatu situasi atau kejadian yang penuh tekanan(14).
Dapat
disimpulkan dari beberapa pengertian diatas bahwa mekanisme koping adalah cara
yang dilakukan individu dalam menangani dan menghadapi stress yang dialami.
2.1.2
Penggolongan
Mekanisme Koping
Mekanisme koping berdasarkan
penggolongannya dibagi menjadi 2 (dua) (Stuart dan Sundeen, 1995) yaitu(14)
:
1.
Mekanisme koping adaptif
Mekanisme koping yang mendukung
fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar dan mencapai tujuan. Kategorinya adalah
berbicara dengan orang lain, memecahkan masalah secara efektif, teknik
relaksasi, latihan seimbang dan aktivitas konstruktif.
2.
Mekanisme Koping Maladaptif
Mekanisme koping yang menghambat
fungsi integrasi, memecah pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung
menguasai lingkungan. Kategorinya adalah makan berlebihan / tidak makan, bekerja
berlebihan, menghindar.
2.1.3
Aspek
– Aspek Koping
Koping dapat dikaji melalui
berbagai aspek, salah satunya adalah aspek psikososial sebagai berikut(15):
1.
Reaksi orientasi tugas berorientasi
terhadap tindakan untuk memenuhi tuntutan dari situasi stres secara realistis, dapat beupa konstruktif atau destruktif. Misalnya sebagai berikut:
1)
Perilaku menyerang (agresif)
Biasanya untuk menghilangkan atau
mengatasi rintangan untuk memuaskan kebutuhan.
2)
Perilaku menarik diri (Isos)
Digunakan untuk menghilangkan
sumber – sumber ancaman, baik secara fisik atau psikologis.
3)
Perilaku Kompromi ( Win – win solution)
Digunakan untuk mengubah cara
melakukan, tujuan, atau memuaskan aspek kebutuhan pribadi seseorang.
|
Gambar
2.3 : individu belajar mengkoping stress dengan cara yang berbeda. Pola koping
melekat, tetapi ada saatnya respons pikiran dibutuhkan untuk mengatasi stresor
yang sukses(16)
2.
Mekanisme pertahanan ego seseorang
sering disebut sebagai mekanisme pertahanan mental. Adapun mekanisme pertahanan
ego adalah sebagai berikut(15):
1)
Kompensasi
Proses dimana seseorang memperbaiki
penurunan citra diri secara tegas menonjolkan keistimewaan atau kelebihan yang
dimiliki atau menutupi kelemahannya dengan menonjolkan kelebihannya.
2)
Penyangkalan (denial)
Menyatakan ketidaksetujuan terhadap
realitas dengan mengingkari realitas tersebut atau menolak untuk menerima atau
menghadapi kenyataan yang tidak enak. Mekanisme pertahan ini adalah yang paling
sederhana dan primitif.
3)
Pemindahan (displacement)
Pengalihan emosi yang semula
ditunjukan pada seseorang atau benda lain yang biasanya netral atau lebih
sedikit mengancam dirinya.
4)
Disosiasi
Pemisahan sesuatu kelompok proses
mental atau perilaku dari kesadaran atau identitasnya. Keadaan dimana terdapat
dua atau lebih kepribadian pada diri seorang individu.
5)
Identifikasi (identification)
Proses dimana seseorang untuk
menjadi seseorang yang ia kagumi berupaya dengan mengambil atau menirukan
pikiran – pikiran, perilaku serta selera orang tersebut.
6)
Intelektualisasi (Intelektualization)
Menggunakan logika dan alasan yang
berlebihan untuk menghindari pengalaman yang menggangu perasaannya.
7)
Introjeksi (Introjection)
Suatu jenis identifikasi yang kuat
dimana seseorang mengambil dan meleburkan nilai – nilai serta kualitas
seseorang atau suatu kelompok kedalam struktur egonya sendiri, yang berasal
dari hati nurani.
8)
Isolasi
Pemisahan unsur emosional dari
suatu pikiran yang menggangu dapat bersifat sementara atau berjangka panjang.
9)
Rasionalisasi
Mengemukakan penjelasan yang tampak
logis dan dapat diterima masyarakat untuk menghalalkan atau membenarkan
dorongan yang tidak dapat diterima.
10) Reaksi
formasi
Pengembangan sikap dan pola
perilaku yang ia sadari bertentangan dengan apa yang ia rasakan atau yang ia
ingin lakukan.
11)
Regresi
Kemunduran akibat stres terhadap
perilaku dan merupakan ciri khas dari suatu taraf perkembangan lebih dini.
12)
Represi
Pengesampingan secara tidak sadar
tetntang pikiran, impuls, atau ingatan yang menyakitkan atau bertentangan, dari
kesadaran seseorang. Merupakan pertahanan ego primer yang cenderung diperkuat
oleh mekanisme lain.
13) Pemisahan
(Splitting)
Sikap mengumpulkan orang atau
keadaan hanya sebagai semuanya baik atau semuanya buruk. Orang semacam ini
mengalami kegagalan untuk memadukan nilai – nilai positif dan negatif dalam
diri sendiri.
14)
Sublimasi
Penerimaan suatu sasaran pengganti
yang mulia, artinya dimata masyarakat terdapat dorongan yang mengalami halangan
dalam penyaluran secara normal. Sublimasi juga bisa diartikan sebagai mengganti
keinginan atau tujuan yang menghambat dengan cara yang dapat diterima oleh
masyarakat.
15)
Supresi
Suatu proses digolongkan sebagai
mekanisme pertahan, tetapi sebetulnya analog represi yang disadari.
16)
Undoing
Tindakan atau perilaku atau
komunikasi yang menghapuskan sebagian dari tindakan atau perilaku atau
komunikasi sebelumnya, merupakan mekanisme pertahanan primitif.
17)
Fiksasi
Berhentinya tingkat perkembangan
pada salah satu aspek tertentu seperti emosi tingkah laku atau pikiran sehingga
perkembangan selanjutnya terhambat.
18) Simbolisasi
Menggunakan benda atau tingkah laku
sebagai simbol pengganti suatu keadaan atau hal yang sebenarnya.
19)
Konversi
Transformasi konflik emosional
kedalam bentuk gejala – gejala jasmani.
2.1.4
Gaya
Koping
1.
Gaya
Koping Positif
Merupakan
gaya koping yang mampu mendukung
integritas ego.
1)
Problem
Solving
Merupakan
usaha untuk memecahkan suatu masalah. Masalah harus dihadapi dan dipecahkan ,
dan bukan dihindari atau ditekan dialam bawah sadar, seakan – akan itu tidak
berarti. Dengan demikian, sedikit apapun masalah yang terjadi sebaiknya harus
diselesaikan(15)
Strategi
pemecahan masalah bertujuan untuk mengatasi atau menanggulangi msalah atau
ancaman yang ada dengan kemampuan pengamatan secara realistis. Beberapa contoh
strategi pemecahan masalah yang dapat digunakan antara lain(15):
(1) Meminta bantuan kepada orang lain
(2) Secara
besar hati, mampu mengungkapkan perasaan sesuai dengan situasi yang ada.
(3) Mencari
lebih banyak informasi terkait dengan masalah yang dihadapi, sehingga masalah
tersebut dapat diatasi secara realistis.
(4) Menyusun
beberapa rencana untuk memecahkan masalah.
(5) Meluruskan
pikiran atau persepsi terhadap masalah. Sesungguhnya bayangan pikiran yang
dimiliki setiap orang memberikan pengaruh yang besar dalam kehidupan pribadi.
Pikiran tersebut mengenai apa yang dilakukan. Sebab, segala sesuatu yang dilakuakan
seseorang adalah reaksi langsung dari apa yang ada dalam pikirannya.
Strategi
pemecahan masalah ini secara ringkas dapat digunakan dengan metode STOP (Source,
Trial and Error, Others, serta Pray and Patient). Source berarti mencari dan mengidentifikasi apa yang menjadi sumber
masalah. Trial and Error berarti
mencoba berbagai rencana pemecahan masalah yang telah disusun. Bila satu metode
tidak berhasil, maka mencoba lagi dengan metode lain. Begitu selanjutnya. Hal
yang perlu dihindari adalah adanya rasa keputusasaan terhadap kegagalan yang
dialami. Others berarti meminta
bantuan orang lain bila diri sendiri tidak mampu. Pray and Patient yaitu berdoa kepada Tuhan sebab dia adalah Zat
yang Maha Mengetahui segala sesuatu yang ada didunia ini. Dia pula yang
memberikan jalan terbaik buat manusia sebab manusia memiliki banyak
keterbatasan. Dengan berdoa, maka hati, jiwa, pikiran seseorang akan menjadi
tenteram dan tenang. Juga harus sabar dengan berlapang dada menerima kenyataan
yang ada pada dirinya. Penerimaan terhadap apa yang ada pada diri akan membuat
seseorang lebih menikmati hidup dan ringan bebas psikologisnya, walaupun dalam
pandangan orang lain orang tersebut berada dalam kehinaan(5).
2)
Utilizing
Social Support
Merupakan
tindak lanjut dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, ketika masalah itu
belum terselesaikan. Hal ini tidak lepas dari keterbatasan manusia dalam
menyelesaikan masalahnya sendiri. Hal ini terjadi karena rumitnya masalah yang
dihadapi. Untuk itu sebagai makhluk sosial, bila seseorang mempunyai masalah
yang tidak mampu diselesaikan sendiri, seharusnya tidak disimpan sendiri dalam
pikirannya, namun carilah dukungan orang lain yang dapat dipercaya dan mampu
memberikan bantuan dalam bentuk masukan dan saran dalam menyelesaikan masalah yang
dihadapinya tersebut. Semakin banyak dukungan dari orang lain, maka semakin
efektif upaya penyelesaian masalahnya(15).
3)
Looking
for Silver Linning
Kepelikan
masalah yang dihadapi terkadang akan membawa kebuntuan dalam upaya
menyelesaikan masalah.sesulit dan sepelik apapun masalah yang dihadapi,
setidaknya manusia harus berfikir positif dan mengambil hikmahnya. Tidak ada
seorang pun yang terbebas dari masalah, karena dengan masalah itu manusia
berfikir, bertindak, dan berperilaku(15).
2.
Gaya Koping Negatif
Merupakan
gaya koping yang kan menurunkan integritas ego, dalam penentuan gaya koping
aakan merusak dan merugikan dirinya sendiri(15).
1)
Avoidence
Merupakan
bentuk dari proses internalisasi terhadap suatu pemecahan masalah kedalam alam
bawah sadar yang menghilangkan atau membebaskan diri dari suatu tekanan mental
akibat masalah – masalah yang dihadapi. Cara ini dapat dikatakan sebagai usaha
untuk mengatasi situasi tekanan dengan lari dari situasi tersebut atau
menghindari masalah yang berujung pada penumpukan masalah dikemudian hari.
Bentuk pelarian diri diantaranya dengan beralih pada hal lain seperti makanan,
minuman, merokok, atau menghilangkan masalah sesaat untuk tujuan sesaat,
padahal hanya merupakan upaya untuk menunda masalah dan bukan menyelesaikan masalah.
2)
Self Blame
Merupakan bentuk dari ketidakberdayaan
atas masalah diri sendiri tanpa evaluasi diri yang optimal. Kegagalan orang
lain dialihkan dengan menyalahkan diri sendiri tanpa evaluasi diri yang
optimal. Kegagalan orang lain dialihkan dengan menyalahkan dirinya sendiri
sehingga menekan kreativitas dan ide yang berdampak pada penarikan diri dari
struktur sosial.
3)
Wishfull
Thinking
Kegagalan
dalam mencapiai tujuan yang diinginkan seharusnya menjadikan seseorang berada
pada kesedihan yang mendalam. Hal ini terjadi karena dalam penentuan standar
diri, riset, atau dikondisikan terlalu tinggi sehingga sulit untuk dicapai.
Penentuan standar yang terlalu tinggi menjadikan seseorang terbuai khayalan dan
impian tanpa kehadiran fakta yang nyata. Menyesali kegagalan berakibat
kesedihan yang mendalam merupakan bentuk dari berduka yang disfungsional,
dimana hal tersebut merupakan pintu dari seseorang mengalami gangguan jiwa.
Kesimpulan
dari penjelasan diatas adalah terdapat dua gaya koping, yaitu gaya koping positif
dan gaya koping negatif. Gaya koping positif terdiri dari problem solving, utilizing social support, looking for silver linning.
Sedangkan gaya koping negatif terdiri dari avoidence,
self blame, wishfull thinking.
2.1.5
Faktor
yang Mempengaruhi Strategi Koping
Cara
individu menangani situasi yang mengandung tekanan ditentukan oleh sumber daya
individu yang meliputi kesehatan fisik/energi, keterampilan memecahkan masalah,
keterampilan sosial dan dukungan sosial dan materi(14).
1.
Kesehatan Fisik
Kesehatan merupakan hal yang
penting, karena selama dalam usaha mengatasi stres individu dituntut untuk
mengerahkan tenaga yang cukup besar.
2.
Keyakinan atau pandangan positif
Keyakinan menjadi sumber daya
psikologis yang sangat penting, seperti keyakinan akan nasib (external locus of control) yang
mengerahkan individu pada penilaian ketidakberdayaan (helplessness) yang akan menurunkan kemampuan strategi coping tipe :
problem-solving focused coping.
3.
Keterampilan memecahkan masalah
Keterampilan ini meliputi kemampuan
untuk mencari informasi, menganalisa situasi, mengidentifikasi masalah dengan
tujuan untuk menghasilkan alternatif tindakan, kemudian mempertimbangkan
alternatif tersebut sehubungan dengan hasil yang ingin dicapai, dan pada
akhirnya melaksanakan rencana dengan melakukan suatu tindakan yang tepat.
4.
Keterampilan sosial
Keterampilan ini meliputi kemampuan
untuk berkomunikasi dan bertingkah laku dengan cara-cara yang sesuai dengan
nilai-nilai sosial yang berlaku dimasyarakat.
5.
Dukungan sosial
Dukungan ini meliputi dukungan
pemenuhan kebutuhan informasi dan emosional pada diri individu yang diberikan
oleh orang tua, anggota keluarga lain, saudara, teman, dan lingkungan masyarakat
sekitarnya.
6.
Materi
Dukungan ini meliputi sumber daya
daya berupa uang, barang barang atau layanan yang biasanya dapat dibeli.
2.1.6
Intervensi
Keperawatan Pasien dengan Ansietas
Pada
klien dengan ansietas ringan, tidak
ada intervensi khusus sebab pada ansietas
ringan ini klien masih mampu mengontrol dirinya dan mampu membuat keputusan
yang tepat dalam penyelesaian masalah. Sedangkan pada ansietas sedang intervensi yang dapat dilakukan adalah dengan
mengembangkan pola mekanisme koping yang positif (5).
Pada
ansietas berat dan panik, terdapat
strategi khusus yang perlu diperhatikan oleh perawat dalam pemberian asuhan
keperawatan. Prinsip intervensi
keperawatan pada klien tersebut adalah melindungi klien dari bahaya fisik dan
memberikan rasa aman pada klien karena klien tidak dapat mengendalikan
perilakunya(5).
Setelah
tingkat ansietas klien menurun sampai tingkat sedang atau ringan, prinsip intervensi keperawatan yang diberikan
adalah re – edukatif atau
berorientasi pada kognitif. Tujuannya
adalah menolong klien dalam mengembangkan kemampuan menoleransi ansietas dengan mekanisme koping dan
strategi pemecahan masalah yang konstruktif.
Intervensi utama yang harus dilakukan
oleh perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien ansietas adalah menyadari untuk mengenali
perasaannya dan juga mampu mengendalikannnya(5).
Kesimpulan
dari pernyataan diatas adalah bahwa ansietas
memerlukan mekanisme koping yang tepat bergantung dari derajat kecemasan yang
dialami. Semakin tinggi tingkat kecemasan maka koping yang tepat diperlukan
guna untuk membuat klien menyadari kecemasan yang dialaminya dan memaksimalkan
faktor pendukung untuk membantu memecahkan permasalahan yang dialami.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar