PEMERIKSAAN FISIK
PERSISTEM
PADA LANSIA
Pertama – tama sebelum melakukan pengkajian, hendaknya
terlebih dahulu kita melakukan kontrak waktu dengan pasien, setelah itu kita
melakukan informed consent dengan menyebutkan nama, menjelaskan tujuan
pemeriksaan dan meminta persetujuan. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah
buat lingkungan senyaman mungkin sehingga pasien tidak merasa bosan, selain itu
hendaknya melakukan pengkajian dari bagian atas tubuh kebagaian bawah tubuh.
Untuk pengkajian sistem neurologi bisa dilakukan sejalan
dengan pengkajian sistem lain pada tubuh. Untuk menghemat waktu dan efektivitas
pengkajian sistem pencernaan dilakukan bersamaan dengan pengkajian sistem
perkemihan karena keduanya berpusat pada abdomen.
A.
Pengkajian Umum
1.
Anamnesa
a.
Nama
b.
Usia
c.
Tempat, Tanggal, Lahir
d.
Alamat
e.
Pendidikan Terakhir
f.
Pekerjaan
g.
Agama
h.
Status Perkawinan
i.
Suku
j.
Golongan Darah
k.
Genogram (3 generasi keatas)
2.
Tanda – tanda vital
a.
Tekanan Darah
b.
Nadi
c.
Respirasi
d.
Suhu
e.
Berat Badan
f.
Tinggi Badan
3.
Riwayat Kesehatan
a.
Riwayat Kesehatan Sekarang
b.
Riwayat Alergi
c.
Riwayat Kesehatan Dahulu
d.
Riwayat Kesehatan Keluarga
4.
Short Portable Mental Status Questionaire
(SPMSQ)
a.
Sekarang Hari apa?
b.
Tanggal
berapa, bulan apa, tahun berapa?
c.
Apa nama tempat ini?
d.
Berapa nomor telepon Anda? (jika tidak mempunyai
telepon tanyakan alamat lengkap)
e.
Kapan Anda lahir?
f.
Siapa nama presiden sekarang?
g.
Siapa nama presiden sebelumnya?
h.
Berapa umur Anda?
i.
Siapa nama ibu Anda?
j.
Berikan perhitungan sederhana (misal 10 – 3 lalu
dikali 2)
Untuk mengetahui hasil test intelektual ini dapat
diketahui dengan kriteria sebagai berikut:
a.
Kesalahan 0 – 2 :
fungsi intelektual utuh
b.
Kesalahan 3 – 4 :
kerusakan intelektual ringan
c.
Kesalahan 5 – 7 :
kerusakan intelektual sedang
d.
Kesalahan 8 – 10 :
kerusakan intelektual berat
Bisa dimaklumi jika pasien terdapat lebih dari satu
kesalahan jika pasien berpendidikan terakhir SD.
B.
Pengkajian Persistem
1.
Sistem penglihatan
a.
Alat yang digunakan:
1)
Senter atau penlight
2)
Snellen chart
3)
Ichihara
4)
Stetoskop
5)
Hanscoon
6)
Cotton buth atau gulungan kapas steril
b.
Tata Laksana:
1)
Inspeksi
a)
Lihat keadaan umum mata, apakah terdapat
kelainan pada mata.
b)
Lihat
keadaan pupil,apakah mata pasien strabismus apa tidak, bentuk, ukuran.
c)
Lihat keadaan kornea mata, apakah terdapat
katarak
d)
Lihat keadaan sklera mata, apakah pasien
ikterus, non ikterus, merah, atau keruh.
e)
Lihat konjungtiva pasien dengan cara pemeriksa
duduk berhadapan dengan pasien lalu gunakan hanscoon apabila terlihat adanya
sekret pada mata. Minta pasien untuk menatap lurus kedepan. Letakkan kedua ibu
jari dibawah mata, lalu tarik perlahan kulit bawah mata. Apabila warna dari
konjungtiva pink maka pasien ananemis, namun apabila konjungtiva pasien pucat
maka pasien diduga anemis. Bisa juga dilakukan dengan cara lain yaitu pemeriksa
berdiri membelakangi pasien lalu pasien diminta untuk menatap lurus kedepan,
tarik keatas secara perlahan kelopak mata dan lihat warna bagian dalamnya.
f)
Catat hasil pemeriksaan
2)
Palpasi
Palpasi dilakukan untuk mengetahui apakah ada nyeri tekan
atau teraba adanya massa pada mata pasien. Jika pasien merasakan nyeri tekan kemungkinan
Tekanan Intra Okuler pada mata tinggi, sedangkan jika teraba massa ada
kemungkinan adanya tumor pada mata, yang dapat diketahui dengan pemeriksaan
penunjang. Cara melakukan palpasi pada mata yaitu:
a)
Mintalah pasien untuk berkoordinasi jika pasien
merasakan nyeri tekan atau tidak.
b)
Mintalah pasien untuk menutup mata dengan
rileks.
c)
Lakukan dengan kedua jari ( jari tengah dan jari
telunjuk) tekan dengan lembut dari
samping mata kearah hidung.
d)
Catat hasil pemeriksaan
3)
Auskultasi
Auskultasi dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat
bunyi bruit pada mata. Auskultasi dilakukan dengan cara:
a)
Mintalah pasien untuk menutup mata dengan rileks
b)
Letakkan membran stetoskop pada mata, dan
dengarkan
c)
Catat hasil pemeriksaan
4)
Uji Refleks
a)
Refleks Pupil Terhadap Cahaya:
(1)
Atur pencahayaan ruangan
(2)
Minta pasien untuk menatap lurus kedepan dan
minta pasien untuk tidak menggerakkan kepalanya.
(3)
Sinari pupil dari samping dengan menggunakan
senter atau penlight.
(4)
Amati apakah pupil mengecil ketika disinari.
(5)
Lakukan pada pupil yang lain
(6)
Catat hasil pemeriksaan
b)
Refleks Berkedip
Refleks berkedip dilakukan dengan cara menyentuhkan cotton buth atau gulungan
kapas pada mata, lakukan dari samping. Perhatikan refleks berkedip, catat hasil
pemeriksaan.
c)
Refleks Akomodasi (Daya Akomodasi)
Refleks ini bertujuan untuk mengetahui Daya Akomodasi
pada lansia. Mata pada lansia sering mengalami gangguan penglihatan terutama
penglihatan jarak dekat (hipermetropi), atau bisa juga pasien mengalami
gangguan penglihatan jarak dekat dan jarak jauh (presbiopi). Cara mengetahui
Daya Akomodasi pasien yaitu:
(1)
Anjurkan klien menatap objek yang jauh
(dinding), tanya apa yang dilihat oleh pasien.
(2)
Anjurkan pasien menatap objek dekat ( 25 – 30
cm) dari hidung pasien (misal pinsil atau bulpoin), tanya apakah pasien dapat
melihatnya atau tidak. Daya akomodasi pada mata : 4- 100 /PP
, dengan PP adalah jarak
tedekat yang dapat dilihat oleh pasien. Satuan yang digunakan adalah dioptri.
(3)
Catat hasil pemeriksaan
5)
Pergerakan Bola Mata.
Pergerakan bola mata ditujukan untuk mengetahui apakah
pergerakan bola mata pasien sama, atau terjadi deviasi pada salah satu bola
mata, selain itu juga untuk mengetahui apakah ada pergerakan secara spontan
dari bola mata pasien diluar kontrol pasien.
a)
Anjurkan klien untuk menatap lurus kedepan
b)
Amati kedua mata, apakah ada pergerakan secara
spontan atau nistagmus atau hanya diam.
c)
Amati frekuensi (cepat atau lambat), amplitudo
(luas atau sempit), bentuk jika ditemukan adanya nistagmus.
d)
Amati kedua bola mata apakah memandang lurus
kedepan atau salah satunya deviasi (bola mata yang kanan dalam keadaan normal
ditengah sedangkan yang kiri letaknya lebih ke samping kanan atau kiri, atau
sebaliknya).
e)
Letakkan jari telunjuk didekat pasien lurus
hidung dengan jarak 25 – 30 cm, minta pasien untuk mengikuti pergerakan jari
telunjuk tanpa harus mengubah posisi kepala (kepala tidak ikut bergerak hanya
bola mata saja yang bergerak). Gerakkan jari telunjuk dari atas kebawah, kanan
ke kiri, diagonal atas ke bawah kiri, diagonal keatas dan bawah kanan.
f)
Catat hasil pemeriksaan
6)
Ketajaman Penglihatan
a)
Pengkajian Tahap 1
(1)
Pastikan cahaya diruangan terang
(2)
Pastikan pasien dapat membaca
(3)
Minta klien membaca dengan suara keras (koran,
majalah)
(4)
Jika pasien menggunakan kacamata, pada tahap ini
kacamata boleh dipergunakan.
(5)
Perhatikan jarak naskah yang dipegang dengan
matanya
(6)
Catat hasil pemeriksaan
b)
Pengkajian Tahap 2
(1)
Atur pencahayaan ruangan
(2)
Siapkan kartu Snellen, pajang didinding
(3)
Atur tempat duduk klien dengan jarak 5 – 6 meter
dari kartu.
(4)
Instruksikan untu pasien menutup sebelah matanya
(5)
Periksa mata pasien dimulai dari huruf yang
paling besar ke huruf yang paling kecil.
(6)
Lakukan hal yang sama pada mata yang lain.
(7)
Catat hasil pemeriksaan.
7)
Penglihatan Warna
a)
Atur pencahayaan ruangan terang
b)
Siapkan kartu Ichihara
c)
Instruksikan klien untuk menyebutkan gambar atau
angka yang terdapat pada kartu tersebut.
d)
Catat hasil pemeriksaan.
Catatan: bila pasien diketahui terdapat katarak,
pemeriksaan diatas dapat tetap dilakukan, namun jika katarak yang diidap sudah
menutup semua kornea, maka pemeriksaan hanya difokuskan pada mata yang belum
terdapat katarak.
2.
Sistem Pendengaran
a.
Alat Yang digunakan
1)
Senter atau lampu kepala.
2)
Hanscoon (jika perlu)
3)
Garpu Tala
b.
Anamnesa
1)
Tanyakan pada pasien apakah pasien pernah
mengalami infeksi pada telinga, keluar cairan dari telinga, atau trauma pada
telinga.
2)
Tanyakan pada pasien apakah pasien pernah
mengalami vertigo (pusing 7 keliling) jika iya, tanyakan frekuensi terjadinya,
dan lama terjadinya, lalu cara yang dilakukan oleh lansia ketika mengalami
vertigo, kapan atau pada saat apa vertigo biasanya muncul.
3)
Catat hasi anamnesa
c.
Tata Laksana
1)
Inspeksi
a)
Posisikan pasien dalam posisi duduk, jika
memungkinkan.
b)
Posisikan pemeriksa menghadap telinga yang akan
dikaji.
c)
Atur pencahayaan agar terang
d)
Inspeksi telinga luar, posisi, warna, ukuran,
bentuk, kebersihan, kesimetrisan
e)
Inspeksi lubang telingan pasien dengan cara
pegang daun telinga, perlahan lahan tarik daun telinga keatas dan kebelakang
sehingga lurus.
f)
Periksa kebersihan, adanya peradangan, atau
adanya cairan dalam lubang telinga.
g)
Catat hasil pemeriksaan
2)
Palpasi
a)
Instruksikan pasien untuk mengatakan jika terasa
adanyanya nyeri tekan
b)
Palpasi
telinga dari jaringan lunak ke jaringan yang keras, dengan menggunakan jari
telunjuk dan jempol.
c)
Lakukan penekanan pada area trangus (atas
telinga) lalu ke tulang mastoid (belakang telinga), dan dibawah daun telinga.
Raba apakah ada massa atau nyeri tekan.
d)
Catat hasil pemeriksaan
3)
Pemeriksaan Pendengaran
a)
Pemeriksaan Rinne
(1)
Instruksikan pasien untuk memberitahu jika
pasien tidak merasakan getaran atau merasakan getaran
(2)
Bunyikan garpu tala
(3)
Letakkan tangkai garpu tala pada tulang mastoid
(bagian belakang telinga) pada telinga kanan
(4)
Lakukan pada bagian telinga yang kiri
(5)
Catat hasil pemeriksaan
b)
Pemeriksaan Swabach
(1)
Instruksikan pasien jika pasien tidak mendengar
atau mendengar suara.
(2)
Bunyikan garpu tala
(3)
Letakkan garpu tala didepan lubang telinga
dengan jarak 1 – 2 cm pada telinga
(4)
Lakukan pada telinga kiri
(5)
Catat hasil pemeriksaan
c)
Pemeriksaan Webber
(1)
Bunyikan garpu tala
(2)
Letakkan garpu tala di tengah puncak kepala
pasien
(3)
Tanyakan pasien apakah bunyi yang terdengar sama
jelas dikedua telinga atau lebih jaelas pada salah satu telinga.
(4)
Catat hasil pemeriksaan
3.
Sistem Pernapasan
Pengkajian pada sistem pernapasan dimulai dari sistem
pernapasan bagian atas kemudian ke bagian bawah. Pada pengkajian sistem ini
juga bisa dilakukan secara bersamaan pengkajian sistem neurologi pada indra
pembau.
a.
Alat Yang Digunakan
1)
Stetoskop
2)
Handscoon (jika perlu)
3)
Masker
4)
Spidol
5)
Senter atau penlight
6)
Kom kecil yang berisi kapas dengan bau minyak
kayu putih, alkohol, minyak wangi, kopi.
b.
Anamnesa
1)
Tanyakan pada psien apakah pasien memiliki
alergi pada sistem pernapasannya (debu, atau yang lain).
2)
Tanyakan apakah pasien memiliki riwayat penyakit
asma, jika iya tanyakan apa yang biasa menjadi penyebab terjadinya, lama
terjadinya serangan asma.
3)
Tanyakan pada psien apakah saat ini sedang
mengidap flu atau tidak.
4)
Tanyakan apakah pasien memiliki riwayat penyakit
pada sistem pernapasan baik pernapasan bagian atas ( sinusitis, polip, dll)
atau bagian bawah ( pnemonia, bronkhitis, bronkopnemoni, TBC), jika iya
tanyakan riwayat pengobatan.
c.
Tata Laksana
1)
Alat pernapasan Bagian Atas
a)
Inspeksi
(1)
Atur pencahayaan ruangan
(2)
Posisikan pasien duduk, pemeriksa duduk
berhadapan dengan pasien
(3)
Lihat keadaan hidung, septum hidung (penyekat
hidung), warna kulit hidung, kesimetrisan lubag hidung, pengeluaran sekret dari
hidung (jika ada catat karakteristik, jumlah, dan warna)
(4)
Gunakan senter atau penlight untuk melihat
bagian dalam lubang hidung, lihat kebersihan, adanya obstruksi, atau adanya
massa.
(5)
Catat hasil pemeriksaan
b)
Palpasi
(1)
Instruksikan pasien untuk berkata jika pasien merasakan nyeri tekan.
(2)
Palpasi dengan lembut menggunakan kedua jari
telunjuk dan jari tengah ke batang hidung untuk mengetahui adanya massa, nyeri
tekan, patah tulang hidung.
(3)
Palpasi dengan lembut menggunakan kedua jari
telunjuk dan jari tengah mulai dari bagian bawah mata kearah tengah hidung
dengan gerakan seperti mengumpulkan sesuatu untuk mengetahui adanya nyeri tekan
atau massa.
(4)
Catat hasil pengkajian
c)
Pemeriksaan indra pembau
Pemeriksaan ini dapat dilakukan jika pasien dalam keadaan
sehat dalam arti pasien sedang tidak flu. Karena jika pasien sedang flu maka
hasil yang diperoleh tidak akurat.
(1)
Siapkan kom berisi kapas yang sudah diberi bau
minyak kayu putih, alkohol, minyak wangi, kopi.
(2)
Instruksikan pasien untuk menebak wangi yang
akan ia cium.
(3)
dekatkan satu persatu kapas yang sudah diberi
bau – bauan.
(4)
Catat hasil pemeriksaan
2)
Alat Pernapasan Bagian Bawah
a)
Inspeksi
(1)
Atur pencahayaan ruangan
(2)
Posisikan
pasien duduk dengan telanjang dada.
(3)
Anjurkan pasien agar tetap rileks
(4)
Lakukan pengamatan dari 4 sisi yaitu:
(a)
Depan, perhatikan sternum. Klavikula, tulang
rusuk.
(b)
Belakang, perhatikan kesimetrisan skapula,
bentuk tulang belakang
(c)
Kanan
(d)
Kiri
(5)
Inspeksi bentuk dada secara keseluruhan untuk
mengetahui kelainan bentuk dada, dan tentukan frekuensi pernapasan.
(6)
Amati keadaan kulit dada, apakah terdapat retraksi
interkosta (penggunaan otot bantu pernapasan biasanya pasien terlihat terengah
– engah) selama bernapas, jaringan parut atau kelainan lainnya.
(7)
Dalam inspeksi ini juga kita bisa menginspeksi
secara bersamaan payudara pasien, mengenai bentuk, warna kulit, keluaran (jika
ada).
(8)
Catat hasil Inspeksi
b)
Perkusi
(1)
Posisikan pasien duduk menghadap pemeriksa
(2)
Perkusi dimulai dari atas klavikula kebawah pada
spasium interkostalis dengan interval 4 – 5 cm (diatas klavikula, Interkosta 3,
Interkosta 5 – 10). Perkusi dilakukan dengan menempelkan jari telunjuk tangan
tidak dominan kedaerah yang akan diperkusi dan tangan yang dominan mengetuknya.
(3)
Bandingkan sisi kanan dan kiri.
(4)
Anjurkan pasien untuk menarik napas dan
menahannya ketika kita memperkusi bagian – bagian diatas.
(5)
Pada keadaan normal saat perkusi klavikula maka
yang terdengar adalah bunyi pekak, sedangkan ICS 3 terdengar bunyi rensonan,
ICS 5 terdengar bunyi redup karena letak jantung, sedangkan pada ICS 6 – 10
terdengar suara timpani perut dan redup hati.
(6)
Tandai area redupnya bunyi
(7)
Posisikan pasien duduk membelakangi pemeriksa
(8)
Perkusi sepanjang bagian skapula sampai pada
bagian batas bawah( skapula, interkosta (ICS) 8, ICS 10 kanan dan kiri, ICS
11).
(9)
Tandai area redupnya bunyi dengan spidol.
(10)Minta pasien untuk
menghembuskan napas secara maksimal dan menahannya ketika kita hendak
memperkusi bagian – bagian diatas.
(11)Ukur jarak tanda bunyi
redup yang satu dengan yang dibawahnya. Pada pria normalnya jarak antar tanda
adalh 5 – 6, pada perempuan 3 – 5.
(12)Pada keadaan normal saat
perkusi skapula terdengar bunyi pekak, ICS 8 bunyi rensonan, ICS 10 redup hati
sebelah kanan sedangkan sebelah kiri redup viseral.
(13)Catat hasil perkusi
c)
Auskultasi
(1)
Posisikan pasien duduk.
(2)
Gunakan diafragma stetoskop
(3)
Letakkan stetoskop dengan kuat diatas kulit interkosta (daerah tengah – tengah
antar tulang iga).
(4)
Mulai auskultasi secara zig – zag dari bagian
atas klavikula kanan, kemudian klavikula kiri, Interkosta 1 kanan kemudian
interkosta 1 kiri, lakukan pada tiap interkosta sampai interkosta ke 7.
(5)
Dengarkan inspirasi dan ekspirasi pada tiap
tempat.
(6)
Catat hasil auskultasi
d)
Palpasi
(1)
Ekspansi Dada
(a)
Posisikan pasien berdiri , pemeriksa berdiri
didepan pasien dan letakkan kedua telapak tanga secara datar pada dinding dada
(letak kedua tangan ada dibawah payudara pasien).
(b)
Anjurkan pasien untuk menarik napas
(c)
Rasakan getaran dinding dada dan bandingkan sisi
kanan dan kiri
(d)
Pemeriksa berdiri dibelakang pasien, letakkan
tangan pemeriksa pada sisi lateral klien(bagian punggung), rasakan getaran saat
pasien bernapas. (posisi tangan dibawah tulang skapula)
(e)
Bandingkan kedua sisi dinding dada
(f)
Catat hasil pemeriksaan.
(2)
Taktil Fremitus
(a)
Pemeriksa berdiri membelakangi pasien
(b)
Letakkan telapak tangan pada bagian belakang
dinding dada(bagian punggung) dekat
apeks paru (bagian atas paru)
(c)
Instruksikan pasien untuk mengucapkan bilangan
“sembilan – sembilan” atau “tujuh –
tujuh”
(d)
Minta pasien mengulangi ucapan bilangan sambil
tangan bergerak kebagian bawah paru
(e)
Bandingkan femitus kiri dan kanan.
(f)
Posisi pemeriksa berhadapan dengan pasien
(g)
Lakukan taktil fremitus pada dinding anterior
dada (bagian depan)
(h)
Ulangi langkah pasien untuk mengucapkan bilangan
dan tangan bergerak kebagia bawah (sampai ICS 6)
(i)
Minta pasien untuk bicara lebih keras atau
dengan nada rendah jika fremitus redup
(j)
Catat hasil fremitus.
4.
Sistem Kardiovaskuler
Pemeriksaan kardiovaskular pada lansia dilakukan dengan
tujuan untuk mengetahui ketidaknormalan denyut jantung, ketidak normalan ukuran
dan bentuk jantung secara kasar, mengetahui bunyi jantung, mendeteksi gangguan
kardiovaskuler. Pada pemeriksaan ini juga bisa dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan
payudara.
a.
Inspeksi
1)
Atur pencahayaan ruangan
2)
Posisikan pasien terlentang dengan pemeriksa
berada diposisi kanan pasien
3)
Inspeksi keadaan dada pasien
4)
Catat hasil inspeksi
b.
Palpasi
1)
Gerakkan jari – jari sepajang masing – masing
sisi sternum untuk meraba iga kedua yang berdekatan
2)
Palpasi ICS 2 kanan untuk menentukan area aorta
dan ICS 2 kiri untuk area pulmonal.
3)
Palpasi area aorta dan pulmonal untuk mengetahui
ada tidaknya pulsasi (denyutan).
4)
Palpasi ICS 5 kiri untuk mengetahui area
trikuspidalis, amati adanya pulsasi
5)
Pindahkan secara lateral 5 – 7 cm ke garis
midklavikula kiri untuk menemukan area apikal atau titik denyut maksimal (point
of maximal Impuls, PMI)
6)
Palpasi daerah tersebut untuk mengetahui pulsasi
7)
Untuk mengetahui pulsasi aorta, lakukan palpasi
pada area epigastrik tepat dibawah ujung sternum
8)
Pada palpasi payudara dimulai dari sekeliling
puting susu sampai kearah axila bagian anterior dengan gerakan memutar.
9)
Catat hasil palpasi
c.
Perkusi
1)
Minta ijin pasien untuk membuka pakaian atas
yang dikenakan
2)
Lakukan perkusi dari lateral kiri ke medial
untuk mengetahui batas kiri jantung
3)
Lakukan perkusi dari lateral kanan ke medial
untuk mengetahui batas kanan jantung
4)
Lakukan perkusi dari atas kebawah untuk
mengetahui batas atas dan bawah jantung
5)
Bunyi redup yang dihasilkan menunjukkan posisi
jantung didaerah yang diperkusi.
6)
Catat hasil pemeriksaan.
d.
Auskultasi
1)
Anjurkan klien bernapas normal dan meminta untuk
menahannya saat ekspirasi.
2)
Dengarkan suara jantung S1 sambil palpasi nadi
karotis erhatikan adanya splitting ( bunyi S1 ganda)
3)
Pada awal sitole dan diastole, dengarkan secara
seksama untuk mengetahui adanya bunyi tambahan S1 atau murmur
4)
Anjurkan klien bernapas normal, dengarkan S2
secara seksama untuk mengetahui splitting saat inspirasi
5)
Periksa frekuensi jantung, yaitu setelah kedua
bunyi terdengar jelas seperti “lub-dub”, hitung setiap kombinasi S1 dan S2
sebagai satu denyut jantung. Hitung selama 1 menit
e.
EKG
EKG diperlukan agar tidak terjadi kesalahan dalam
menegakkan diagnosa berikut adalah cara pemasangan EKG:
1)
Tangan
a)
Merah (RA) :
dipasang bagian kanan
b)
Kuning (LA) :
dipasang bagian kiri
2)
Kaki
a)
Hijau (LF) :
dipasang dikiri
b)
Hitam (RF) :
dipasang dikanan
3)
Sadapan
a)
V1 :
warna merah dipasang ICS 4 sternal kanan
b)
V2 :
warna kuning dipasang ICS 4 sternal kiri
c)
V3 :
warna hijau terletak diantara V2 dan V4
d)
V4 :warna
coklat dipasang di midklavikula kiri ICS 5
e)
V5 :
warna hitam dipasang sejajar V4 garis aksila anterior
f)
V6 :
warna ungu dipasang sejajar V4 garis mid aksila.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar