1.
Sistem Pencernaan dan Perkemihan
Pengkajian sistem pencernaan dan perkemihan dapat
dilakukan secara bersamaan karena fokus pengkajian berpusat pada abdomen. Pemeriksaan
neurologi juga dapat dilakukan bersamaan.
a.
Alat Yang Digunakan
1)
Stetoskop
2)
Hanscoon
3)
Senter atau penlight
4)
Bantal kecil
5)
Spidol
6)
Meteran/penggaris
7)
Kom berisi gula, garam, kopi, perasan jeruk
b.
Anamnesa
1)
Sistem Pencernaan
a)
Tanyakan apakah pasien mengalami masalah pada
sistem pencernaan (diare, konstipasi, obstipasi)
b)
Tanyakan apakah pasien mengalami penyakit yang
berkaitan dengan sistem pencernaan (misal DM)
c)
Tanyakan apakah pasien sedang menjalankan diet
(bagi penderita DM, Jantung, Gangguan Ginjal)
d)
Tanyakan jenis makanan yang dikonsumsi sehari –
hari, perhatikan bila pasien banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung purin
2)
Sistem Perkemihan
a)
Tanyakan pada pasien apakah mengalami gangguan
pada sistem Perkemihan ( misalkan inkontinensia uri, retensio uri, nyeri saat
berkemih, dll)
b)
Tanyakan apakah pasien pernah mengalami sakit
pada sistem perkemihan
c)
Tanyakan juga berapa konsumsi air putih harian
pasien ( normalnya 7 – 8 gelas/hari)
d)
Tanyakan jenis air yang sering dikonsumsi tiap
hari.
c.
Pengkajian
1)
Inspeksi
a)
Alat Pencernaan Bagian Atas
(1)
Atur pencahayaan
(2)
Minta Klien untuk membuka mulutnya
(3)
Sinari rongga mulut dengan senter atau penlight
(4)
Lihat kebersihan gigi dan mulut, amati adanya
sariawan, gusi berdarah, lubang pada gigi, jumlah gigi, kebersihan lidah, dan
lihat apakah ada kelainan
(5)
Minta pasien menjulurkan lidahnya lalu
menggerakkan lidahnya
(6)
Angkat dagu pasien dan sinari bagian pangkal
lidah untuk melihat apakah terdapat tonsilitis
b)
Abdomen
(1)
Atur posisi pasien terlentang, letakkan bantal
dibawah lutut untuk menyokong dan melepaskan otot – otot abdomen.
(2)
Buka bagian abdomen mulai dari prosesus
xifoideus sampai simfisis pubis
(3)
Amati bentuk umum abdomen, warna kulit, kontur
permukaan perut, adanya retraksi, penonjolan, kesimetrisan, jaringan parut,
striae, dll
(4)
Perhatikan posisi, warna, ada tidaknya
inflamasi, ada tidaknya pengeluaran pada umbilikus
(5)
Amati gerakan kulit pada abdomen saat inspirasi
dan ekspirasi
2)
Pemeriksaan indra pengecapan
a)
Minta pasien untuk menutup mata
b)
Minta pasien untuk mengidentifikasi rasa yang ia
cicipi
c)
Berikan perasa satu demi satu
d)
Catat hasil pengkajian
3)
Auskultasi
a)
Hangatkan bagian diafragma dan bell stetoskop
b)
Letakkan sisi diafragma stetoskop diatas kuadran
kanan bawah pada area sekum. Minta pasien untuk tidak bicara. Dengarkan adanya
bising usus.
c)
Perhatikan frekuensi dan karakternya ( bising
usus normal 6 – 13 x/menit ada berhentinya)
d)
Jika bising usus tidak terdengar maka auskultasi
pada setiap kuadran
e)
Catat bising usus apakah terdengar normal, tidak
ada, hiperaktif, atau hipoaktif)
f)
Letakkan bagian bell stetoskop diatas aorta,
arteri renalis, arteri iliaka, dan arteri femoral (bawah prosesus xifoid,
bagian tengah – tengah abdomen, 3 – 4 cm diatas tengah – tengah abdomen, 3 – 4
cm dibawah tengah – tengah abdomen)
g)
Catat hasil pengkajian
4)
Perkusi
Pada perkusi mulailah perkusi dari kuadran kiri bawah
kemudian bergerak searah jarum jam, perhatikan reaksi pasien dan catat apakah
ada keluhan, lakukan perkusi pada area timpani dan redup.
a)
Perkusi untuk menentukan posisi dan ukuran hati
(1)
Posisi pemeriksa berdiri di sisi kanan pasien
(2)
Lakukan perkusi dari garis midklavikula kanan
tepat dibawah umbilikus keatas melewati area timpani sampai terdengar suara
redup, beri tanda dengan pensil pada tempat mulai ditemukannya suara redup.
(3)
Lakukan perkusi pada garis midklavikula kanan
yang dimulai dari area rensonan paru kebawah sampai ditemukan suara redup.
(4)
Ukur jarak antara dua tanda tadi, normalnya
panjang hepar pada garis midklavikula adalah 6 – 12 cm dengan batas bawah
terletak pada atau sedikit dibawah tulang rusuk
(5)
Jika ditemukan adanya pembesaran hati, ukur
penurunan hatu dengan meminta pasien menarik napas dalam dan menahannya saat
pemeriksa melakukan perkusi keatas dari abdomen ke garis midklavikula kanan
b)
Perkusi Lambung
(1)
Pekusi sangkar iga bawah anterior dan bagian
epigastrik
c)
Perkusi Ginjal
(1)
Dilakukan di dinding abdomen belakang pada sudut
kostovertebral, dengan dialasi telapak tangan kiri
(2)
Lakukan perkusi dengan sisi ulnar kepalan tangan
kanan
(3)
Catat hasil pengkajian
5)
Palpasi
a)
Palpasi Perut
(1)
Palpasi Ringan
(a)
Palpasi ringan abdomen pada setiap kuadran.
Hindari area yang sebelumnya sebagai titik masalah
(b)
Latakkan tangan secara ringan diatas abdomen
dengan jari – jari ekstensi dan berhimpitan
(c)
Untuk mengurangi rasa geli tempatkan tangan
pasien diatas tangan pemeriksa.
(d)
Jari – jari telapak tangan sedikit menekan perut
sedalam 1 cm
(e)
Palapsi untuk mengetahui adanya area nyeri,
penegangan abdomen, dan ketidaknyamanan.
(f)
Jika ditemukan adanya nyeri, uji adanya nyeri
lepas (tekan dalam kemudian lepas dengan cepat untuk mendeteksi apakah nyeri
timbul dengan melepaskan tangan)
(g)
Lakukan palpasi disekitar umbilikus dan cincin
umbilikal
(h)
Catat hasil pengkajian
(2)
Palpasi Dalam
(a)
Gunakan metode palpasi bimanual
(b)
Tekan dinding abdomen sedalam 4 – 5 cm
(c)
Catat adanya massa dan struktur organ
dibawahnya. Jika terdapat massa, catat ukuran, lokasi, mobilitas, kontur, dan
kekakuan
b)
Palpasi Hati
(1)
Pemeriksa beridi disebelah kanan pasien
(2)
Letakkan tangan kiri pemeriksa pada dinding
torak kanan posterior pasien sekitar tulang rusuk ke 11 atau 12, tangan kanan
dibawah tulang rusuk kanan
(3)
Tekan tangan kiri tersebut keatas sehingga
sedikit menekan dinding dada
(4)
Saat klien ekspirasi, lakukan penekanan sedalam
4 – 5 cm kearah bawah pada batas tulang rusuk
(5)
Jaga posisi tangan pemeriksa dan minta pasien
untuk inspirasi
(6)
Ketika inspirasi, rasakan batas hepar bergerak
menentang tangan pemeriksa yang secara normal terasa dengan kontur reguler
(7)
Jika hepar membesar, lakukan palpasi dibatas
bawah tulang rusuk kanan. Catat pembesaran dan nyatakan dalam cm.
(8)
Catat hasil pengkajian
c)
Palpasi Limpa
(1)
Pemeriksa berdiri di sisi kanan klien, pegang
secara menyilang abdomen pasien dengan tangan kiri pemeriksa dan letakkan
tangan dibawah pasien dan diatas sudut kostovertebral. Tekan keatas dengan
tangan kiri
(2)
Tempatkan telapak tangan kanan dengan jari –
jari diatas abdomen dibawah tepi kiri kostal
(3)
Tekan ujung jari kearah limpa kemudian minta
klien menahan napas dalam
(4)
Palapasi tepi limpa saat limpa bergerak ke bawah
kearah tangan pemeriksa
d)
Jika Pasien Mengalami Asites
(1)
Untuk mengkaji gelombang cairan asites, mintalah
bantuan perawat lain karena prosedur ini memerlukan 3 tangan
(2)
Posisikan pasien tidur terlentang
(3)
Minta perawat lain menekan area tepat sepanjang
garis tengah vertikal dari abdomen dengan tepi tangan dan lengan atas
(4)
Letakkan tangan pemeriksa pada setiap sisi
abdomen dan ketuk salah satu sisi dengan ujung jari
(5)
Rasakan impuls gelombang cairan dengan ujung
jari tangan yang satunya.
e)
Palpasi Kandung Kemih
(1)
Pemeriksa berdiri disamping kanan pasien
(2)
Palpasi bagian luar inguinalis sampai ke arah
tengah
(3)
Rasakan adanya distensi kandung kemih atau
adanya nyeri tekan
(4)
Cata haisl pengkajian
f)
Palpasi Ginjal
(1)
Ketika melakukan palpasi ginjal kanan, letakkan
tangan kiri di bawah panggul, dan elevasikan ginjal kearah anterior
(2)
Letakkan tangan kanan pada dinding perut
anterior pada garis midklavikula di tepi bawah batas kosta
(3)
Tekan tangan kanan secara langsung keatas sambil
pasien menarik napas panjang. Normalnya ginjal tidak teraba, tapi pada orang yang
sangat kurus bagian bawah ginjal kanan dapat dirasakan
(4)
Jika ginjal teraba rasakan bentuk, ukuran dan
adanya nyeri tekan
(5)
Lakukan hal yang sama pada ginjal kiri, dengan
posisi pemeriksa berada sidamping kiri pasien.
(6)
Catat hasil pengkajian.
2.
Sistem Muskuloskeletal
a.
Alat
1)
Hammer
b.
Anamnesa
1)
Tanyakan pada psien apakah pasien pernah
mengalami trauma atau cedera pada sistem muskuloskeletal
2)
Tanyakan apakah pasien mengalami kram atau nyeri
pada persendian dipagi hari, jika ia tanyakan intensitas, frekuensi, lamanya,
tindakan yang dilakukan untuk meredakan kram atau nyeri, dan pada saat apa
nyeri atau kram itu terjadi.
3)
Catat hasil pengkajian
c.
Inspeksi
1)
Minta pasien untuk berjalan sejauh 1 – 2 meter
2)
Lihat cara dan gaya berjalan pasien
3)
Inspeksi ukuran otot, bandingkan sisi yang satu
dengan yang lain, amati adanya atrofi atau hipertrofi.
4)
Amati susunan tulang dan adanya deformitas sendi
5)
Lihat persendian apakah ada kelainan pada
persendian
6)
Amati keadaan tulang untuk mengetahui adanya
pembengkakan
7)
Amati kekuatan suatu bagian tubuh dengan cara
memberikan penahanan secara resisten
8)
Uji kekuatan otot dengan cara menyuruh klien
menarik dan mendorong tangan pemeriksa, bandingkan kekuatan otot ekstremitas
kanan dan kiri.
9)
Kaji rentang gerak persendian (range of motion,
ROM)
10)
Kaji refleks plantar dengan cara goreskan ujung
hammer pada telapak kaki pasien berbaring , dimulai dari ujung telapak kaki
belakang terus keatas berbelok sampai pada ibu jari kaki. Lakukan pada kedua
kaki
11)
Refleks patela dengan cara minta pasien untuk
duduk dengan kaki menggantung raba tendo patela, satu tangan meraba paha
penderita bagian distal, tangan lain memukul refleks hammer pada tendo patela
12)
Catat hasil pengkajian
d.
Palpasi
1)
Lakukan palpasi pada saat otot istirahat dan
pada saat bergerak secara aktif dan pasif untuk mengetahui adanya kelemahan
(flasiditas), kontraksi tiba – tibba secara involunter (spastisitas)
2)
Palpasi persendian untuk mengetahui adanya nyeri
tekan, gerakan, bengkak, nodul, dll
3)
Palpasi adanya edema atau nyeri tekan pada
tulang.
4)
Cata hasil pengkajian
3.
Sistem Integumen
a.
Alat
1)
Botol berisi air dingin dan air panas
2)
Handscoon
b.
Inspeksi
1)
Inspeksi keadaan kulit, adanya bintik pada
kulit, warna, adanya lesi, adanya tonjolan, jaringan parut
2)
Minta pasien untuk menutup mata, sentuh kulit
pasien dengan botol air panas dan dingin secarabergantian. Minta pasien untuk
mengatakan sensasi yang dirasakan dan menunjukkan letak tempat asal sensasi
tersebut
c.
Palpasi
1)
Lakukan palpasi untuk mengetahui adanya massa
atau nyeri tekan pada kulit.
2)
Jika teraba adanya massa rasakan bentuk,
konsistensi, luasnya, warna kulit disekitar tonjolan, dan rasakan apakah
tonjolan tersebut berada di bawah kulit atau tonjolan berasal dari organ lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar