SPECIAL FOR NURSE
Lesson 1
Assalamualaikum
readers..
Apa kabar
semua?
Kali ini
ceritaku akan menulis khusus untuk teman – teman perawat semua dimanapun anda
berada.. ^_^
Tulisan
ceritaku kali ini mengenai hal – hal yang penting yang perlu untuk readers perawat
semua ketahui dan hafal seumur hidup kawan perawat semua..
So this
is the lesson..
Untuk
ceritaku kali ini, tepatnya lesson 1, ceritaku akan membahas tentang cairan
tubuh..
So enjoy
it guys...^_^
Bicara
tentang cairan, so pasti yang ada dibenak readers perawat adalah tentang infus.
Apakah readers sudah tau sebenarnya, apa sih itu infus??kalo belum tau, belum
yakin atau yang lainnya, baca terus ya guys...
Infus atau lebih tepatnya adalah terapi intravena
merupakan salah satu cara atau bagian dari pengobatan untuk memasukkan cairan,
obat, atau vitamin kedalam tubuh pasien dengan cara memasukkan jarum atau
kanula kedalam vena (pembuluh darah balik) dengan tujuan sejumlah cairan atau obat dapat masuk kedalam tubuh melalui
vena dalam jangka waktu tertentu. Tindakan ini sering merupakan tindakan life
saving seperti pada pasien yang mengalami kehilangan cairan tubuh dalam jumlah
banyak misalnya dehidrasi dan syok. Oleh karena itu keberhasilan terapi dan
cara pemberian yang aman diperlukan pengetahuan dasar tentang keseimbangan
cairan dan asam – basa.
Tujuan utama
dari terapi IV sendiri adalah mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang
mengandung air, elektrolit, vitamin, protein, lemak, dan kalori yang tidak
dapat dipertahankan melalui oral, mengoreksi dan mencegah gangguan cairan dan
elektrolit, memperbaiki keadaan asam – basa, menyediakan medium untuk pemberian
obat IV, dan membantu pemberian nutrisi parenteral.
Hmm..
Kenapa ya
mesti vena? Kenapa ga arteri atau kapiler aja?
Gimana
readers?ada yang tau jawabannya??
Guys,
kenapa terapi IV tidak di lakukan di arteri atau kapiler, karena karakteristik
dari pembuluh darah arteri dan kapiler sendiri guys..
Seperti
yang sudah kita ketahui, jika pembuluh darah arteri sobek atau tertusuk, maka
darah akan memancar deras dan butuh waktu yang lama untuk bisa berhenti. Jika
sudah begini, alih – alih ingin memenuhi kebutuhan cairan pasien, malah akan
membuat pasien semakin kehilangan cairan tubuh. Begitupun dengan pembuluh darah
kapiler, pembuluh darah kapiler itu karakteristiknya seperti rambut dan sangat
halus. Dindingnya sangat tipis dan hanya memiliki diameter ± 0.008 mm saja
Guys... jadi pembuluh darah ini rentan rusak sehingga tidak memenuhi syarat
untuk menjadi tempat terapi IV.
Namun,
yang harus juga readers semua ingat, kalo tidak semua vena dapat dijadikan lokasi
pemasangan infus. Tempat atau lokasi pemasangan infus yang sering digunakan
adalah vena supervisial atau perifer kutan. Daerah
tempat infus yang paling memungkinkan adalah daerah dorsal tangan (vena supervisial dorsalis, vena basalika,
dan vena sefalika), lengan bagian
dalam ( vena kubital median, vena median
lengan bawah, dan vena radialis). Bisa juga dilakukan di lakukan di daerah
kaki seperti pada vena safena, vena
medialis plantaris, atau vena
dorsalis pedis.
Namun,
pemilihan lokasi pemasangan terapi IV mempertimbangkan beberapa faktor, yaitu:
1.
Usia pasien, misalnya pada anak kecil, pemilihan
sisi adalah sangat penting dan memperngaruhi berapa lama intravena terakhir.
2.
Prosedur yang idantisipasi, misalnya jika pasien
harus menerima jenis terapi tertentu atau mengalami beberapa prosedur seperti
pembedahan, pilih sisi yang tidak terpengaruh apapun.
3.
Aktivitas pasien seperti gelisah, pergerakan, dan
tingkat kesadaran pasien.
4.
Jenis intravena, misalnya jenis larutan dan obat –
obatan yang akan diberikan apakah bisa mengiritasi vena – vena perifer.
5.
Durasi terapi intravena, terapi jangka panjang
memerlukan pengukuran untuk pemeliharaan vena. Pilih vena yang akurat dan baik,
rotasi sisi dengan hati – hati, rotasi sisi pungsi dari distal ke proksimal
(misalkan dari tangan pindah ke lengan).
6.
Ketersediaan vena perifer bila sangat sedikit vena
yang ada, pemilihan sisi dan rotasi yang berhati – hati sangat penting.
7.
Terapi intaravena sebelumnya. Flebitis sebelumnya
membuat vena menjadi tidak baik untuk digunakan, kemoterapi membuat vena
menjadi buruk (skeloris atau mudah pecah).
8.
Pembedahan sebelumnya. Jangan gunakan ekstremitas
yang terkena jalur pembedahan seperti pada pasien dengan kelenjar limfe yang
telah diangkat (misalnya masektomi tanpa
izin dari dokter).
9.
Sakit sebelumnya. Jangan gunakan ekstremitas yang
sakit pada pasien dengan stroke.
10.
Kesukaan pasien. Tanyakan terlebih dahulu pasien
lebih suka untuk diinfus dibagian kanan atau kiri, dengan demikian kenyamanan
pasien dapat tetap terjaga.
Sampai
disini, apa readers semua sudah memahami?
Semoga
sudah ya guys..
So
sekarang kita akan lanjut untuk bercerita tentang keuntungan dan kerugian
terapi IV.
Seperti
pengobatan pada umumnya yang memiliki kekurangan dan kelebihan, begitupun
terapi IV. Adapun keuntungan dari terapi IV
antara lain:
1.
Efek terapeutik segera dapat tercapai karena
pengahantaran obat langsung ke tempat target berlangsung cepat.
2.
Absorpsi total memungkinkan dosis obat lebih tepat
dan terapi lebih dapat diandalkan.
3.
Kecepatan pemberian obat dapat dikontrol sehingga
efek dapat dipertahankan atau dimodifikasi.
Adapun kerugian dari terapi IV diantaranya:
1.
Tidak bisa dilakukan “drug recall” dan mengubah
aksi obat tersebut sehingga resiko toksisitas dan sensitivitas tinggi.
2.
Kontrol pemberian yang tidak baik, bisa
menyebabkan “speed shock”.
3.
Komplikasi tambahan dapat timbul seperti kontaminasi mikroba melalui titik
akses ke sirkulasi dalam periode tertentu.
4.
Iritasi vaskular seperti flebitis.
Menurut
Perry and Potter cairan infus dibagi menjadi 3 yaitu:
1. Cairan bersifat
isotonis.
Osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum (bagian cair dari
komponen darah) sehingga terus berada dalam pembuluh darah. Bermanfaat pada
pasien yang mengalami hipovolemi (kekurangan cairan tubuh sehingga tekanan
darah terus menurun). Memiliki resiko terjadinya “overload” (kelebihan cairan)
khususnya pada pasien dengan gagal jantung kongestif dan hipertensi. Contohnya
adalah Ringer – Laktat (RL), dan normal saline/larutan garam fisiologis (NaCl
0.9%).
2. Cairan
bersifat hipotonis. Osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum (konsentrasi
ion Natrium lebih rendah dibandingkan serum), sehingga larut dalam serum dan
menurunkan osmolaritas serum. Ini terjadi karena cairan ditarik keluar dari
dalam pembuluh darah keluar jaringan sekitarnya (prinsipnya adalah cairan
mengalir dari osmolaritas tinggi ke osmolaritas rendah), sampai akhirnya
mengisi sel – sel yang dituju. Digunakan
dalam keadaan sel yang mengalami dehidrasi, misalnya pada pasien cuci darah
(dialisis) dalam terapi terapeutik, juga pada pasien hiperglikemi (kadar gula
darah tinggi) dengan ketoasidosis diabetik. Komplikasi yang paling membahayakan
adalah perpindahan tiba – tiba cairan dari dalam pembuluh darah ke sel,
menyebabkan kolaps kardiovaskular dan peningkatan tekanan intrakranial pada
beberapa orang. Contoh cairannya adalah NaCl 45% dan Dekstrosa 2.5%.
3. Cairan bersifat hipertonis. Yaitu
cairan yang tingkat osmolaritasnya tinggi dibandingkan serum. Sehingga dapat
menarik cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah.
Cairan ini mampu menstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin,
mengurangi edema. Contoh dari cairan ini adalah dekstrose 5%, NaCl 45%
hipertonik, dekstrose 5%+ Ringer Laktat.
Nah,
setelah readers mengetahui jenis – jenis cairan infus yang biasa di gunakan,
sekarang ceritaku akan membahas tentang SOP (Standar Operasional Prosedur)
pemasangan terapi intravena / infus.
So baca
terus ya guys...
Menurut
Perry and Potter (2005) pemasangan terapi intravena yang benar dapat mengurangi
flebitis. Prosedur pemasangan terapi IV yaitu:
1. Tentukan
lokasi pemasangan. Sesuaikan dengan rencana pengobatan, punggung tangan kanan
atau kiri untuk pemasangan selama 1-2 hari.
2. Siapkan
infus set atau tranfusion set (blood set), hubungkan dengan plabot cairan,
dengan cara menusukkan bagian ujung yang runcing ke dalam lubang plabot cairan.
Gantungkan plabot cairan pada standar infus. Buka saluran infus, isi terlebih
dahulu tempat penampungan cairan yang ada pada infus set / blood set sampai
terisi seperempat sampai setegah bagian dari penampungan cairan, lalu biarkan
udara yang ada dalam selang infus keluar dan diisi dengan cairan infus sampai
semua bagian selang dan tidak ada gelembung udara. Sebaiknya bagian bawah infus
set tidak dibuka, tetap ditutup untuk memastikan bahwa infus set belum dalam
keadaan “On” atau masih dalam keadaan steril. Hentikan tetesan infus jika semua
bagian dari selang infus sudah terisi dengan cairan infus dan tidak ada
gelembung udara dalam selang infus.
3. Lakukan
tindakan aseptik dan antiseptik.
4. Kencangkan
kulit yang akan menjadi lokasi penusukan IV kateter dengan tangan kiri (atau
bisa juga menggunakan torniquet) dan tangan kanan menyiapkan IV kateter.
5. Tusukkan
jarum ke pembuluh darah vena yang sudah ditentukan, dengan lubang jarum
menghadap keatas. Sudut tusukan 30 – 40 derajat, lalu dorong. Jika jarum masuk
kedalam vena maka darah akan tampak masuk kedalam resevoir jarum.
6. Pisahkan bagian jarum dari kanul dengan
memutar bagian jarum sedikit. Lanjutkan mendorong kanulkedalam vena secara
perlahan sampai semua jarum masuk kedalam vena.
7. Perhatikan
apakan darah keluar dari kanul yang masuk dengan lancar. Jika lancar, fiksasi
dengan tangan kiri.
8. Hubungkan
kanula dengan infu set. Buka saluran infus, perhatikan apakah tetesan lancar.
Perhatikan apakah lokasi penusukan membengkak, jika bengkak maka terjadi
elevasi cairan sehingga penusukan harus diulang dari awal.
9. Jika
tetesan lancar, fiksasi dengan plester
dengan letak agak ke bawah dari luka tusukan.
10. Kompres dengan kasa betadine pada luka tusukan
(kasa jangan terlalu basah).
11. Atur
tetesan infus sesuai instruksi. Untuk anak dan bayi lakukan penguatan fiksasi
dengan menggunakan spalk.
12. Laksanakan
proses administrasi, lengkapi berita acara pemasangan infus, catat jumlah
cairan yang masuk dan keluar, catat balance cairan selama 24 jam setiap
harinya, catat dalam perincian harian ruangan. Bila sudah tidak diperlukan
lagi, pemasangan infus dihentikan.
Jika infus
sudah dipasang, perlu dilakukan perawatan untuk mempertahankan teknik steril,
mencegah masuknya bakteri kedalam pembuluh darah, pencegahan / meminimalisasi
infeksi, dan memantau area insersi. Dahulu frekuensi penggantian balutan infus
dilakukan tiap hari, namun sekarang bisa dilakukan 24 – 72 jam sekali,
bersamaan dengan penggantian daerah pemasangan infus. Menurut Perry and Potter,
prosedur
perawatan infus yaitu:
1. Pakai sarung tangan sekali pakai
2.Lepaskan balutan trasparan searah dengan arah pertumbuhan rambutklien atau lepaskan plester dan kasa balutan yang lama selapis demiselapis. Untuk kedua balutan trasparan dan balutan kasa, biarkanplester memfiksasi jarum IV atau kateter tetap di tempat.
3.Hentikan infus jika terjadi flebitis, infiltrasi, bekuan, atau ada instruksidokter untuk melepas.
4.Apabila infus mengalir dengan baik, lepaskan plester yang memfiksasijarum dan kateter. Stabilkan jarum dengan satu tangan.
5.Gunakan pinset dan kasa untuk membersihkan dan mengangkat sisaplester.
6.Bersihkan tempat insersi dengan gerakan memutar dari dalam kearahluar dengan menggunakan yodium povidon ( betadine).
7. Pasang plester untuk fiksasi
8. Oleskan salep atau yodium povidon di tempat insersi infus
9. Letakkan kasa kecil diatas salep/yodium povidon.
10.Tutup kasa dengan plester
11. Tulis tanggal dan waktu penggantian balutan.
12. Bereskan alat-alat yang telah digunakan
13. Lepas sarung tangan dan cuci tangan
Selain hal
di atas, pencegahan terjadinya komplikasi pemasangan terapi IV juga harus
readers perhatikan ya..
Menurut Hidayat (2008), selama proses pemasangan infus perlu memperhatikan hal-hal untuk mencegah komplikasi yaitu :
1. Ganti lokasi tusukan setiap 48-72 jam dan gunakan set infus baru
2. Ganti kasa steril penutup luka setiap 24-48 jam dan evaluasi tanda infeksi
3. Observasi tanda / reaksi alergi terhadap infus atau komplikasi lain
4. Jika infus tidak diperlukan lagi, buka fiksasi pada lokasi penusukan
5. Kencangkan klem infus sehingga tidak mengalir
6. Tekan lokasi penusukan menggunakan kasa steril, lalu cabut jarum infus perlahan, periksa ujung kateter terhadap adanya embolus
7. Bersihkan lokasi penusukan dengan anti septik. Bekas-bekas plester
8. dibersihkan memakai kapal alkohol atau bensin (jika perlu)
sekarang,
kita akan membahas tentang bagaimana sii caranya kita menghitung tetesan
infus??
Ini dia
guys rumus pintarnya.... ^_^
Rumus mencari jumlah tetesan infus
tiap menit
(jumlah cairan yang
dibutuhkan x faktor tetesan*) : (waktu yang dibutuhkan (dlm jam) x 60 menit).
|
Rumus menghitung lamanya cairan
infus habis dalam jam
(jumlah cairan yang dibutuhkan x faktor tetesan*) : (tetesan
yang ditentukan (dalam jam) x 60 menit)
|
Rumus mencari volume atau jumlah
cairan yang dibutuhkan
(jam x tetesan yang dibutuhkan x 60 menit) : (faktor tetesan*)
|
* = jika
menggunakan infus set makro dikalikan 20, mikro 60, blood set 15.
Oiya
hampir kelupaan nih guys..
Sudah
pada tahu belum ya, berapa sii ukuran IV kateter??
Ukuran IV
kateter bermacam – macam ya guys..
Sebagai “clue” ukuran IV kateter yang semakin besar menandakan
ukuran jarum IV kateter yang semakin kecil, begitupun jika ukuran IV kateter
yang semakin kecil menandakan ukuran jarum IV kateter yang semakin besar. Untuk
anak dan bayi ukuran IV kateter yang sering digunakan adalah IV kateter nomor 22, 24 atau wingneedle. Untuk orang dewasa ukuran IV
kateter yang sering digunakan adalah nomor 20.
Untuk ukuran IV kateter 14, 16, dan 18 sering
digunakan untuk kebutuhan pasien dengan tingkat kehilangan cairan tinggi
seperti pada pasien syok hipovolemik dan dehidrasi berat.
Pemantauan pemberian terapi cairan melalui IV harus hati – hati ya guys, kita harus juga memantau keseimbangan cairan pasien. Terutama pada pasien dengan Gagal Jantung Kongestif dan Gagal Ginjal. Karena pemberian terapi IV yang tidak tepat dapat membuat overload cairan pada pasien tersebut sehingga menyebabkan edema (bengkak). Jika sudah begini maka penyakit yang akan diderita pasien bukan malah berkurang, malah akan bertambah berat dan bisa menimbulkan komplikasi pada organ lain ya guys...
So,
gimana donk biar kita bisa mengetahui balance cairan pasien?
IWL atau Insensible Water Loss adalah salah satu cara terbaik
untuk mengetahui keseimbangan cairan. Namun, biasanya IWL ini hanya akan
diawasi ketat pada pasien – pasien yang dirawat di Intensive Care Unit (ICU)
atau Intensive Cardiovascular Care Unit (ICCU).
Hmm...
Bagaimana
ya cara menghitung IWL??
Sebelum
kita menghitung IWL, kita harus mengetahui Air Metabolisme terlebih dahulu, Air
Metabolisme (AM) pada anak adalah:
Usia
|
Air
Metabolisme (AM)
|
1 – 3 tahun
|
8 cc/KgBB/hari
|
5 – 7 tahun
|
8 – 8.5 cc/KgBB/hari
|
7 – 11 tahun
|
6 – 7 cc/KgBB/hari
|
12 – 14 tahun
|
5 – 6 cc/KgBB/hari
|
Untuk
dewasa AM bisa dihitung dengan rumus:
5 x KgBB
|
Rumus
menghitung Balance cairan adalah:
Cairan
Masuk – Cairan Keluar - IWL
|
Rumus IWL untuk Dewasa:
( 15 x Berat Badan) : 24 jam
|
Sebagai contoh kasus:
Ny. B berat 65 Kg dengan
suhu tubuh 370C. Hitung IWL Ny. B!
Jawab:BB = 65 Kg, T= 370C
(15 x 65kg) : 24 jam =
40, 625 = 41 cc/jam
|
Namun, rumus diatas tidak
berlaku jika pasien mengalami demam atau terjadi kenaikan suhu ya
guys..
Jika terjadi kenaikan suhu
maka rumus IWL yang digunakan adalah:
{((10% x cairan masuk) x (jumlah kenaikan suhu)) : 24 jam)} +
IWL normal
|
Sebagi contoh kasus:
Ny. B (kasus diatas)
mengalami kenaikan suhu menjadi 390C dan cairan yang masuk melalui
infus 100 cc, air minum 50 cc. Hitung IWL Ny. B!
= {((10% x (100+50)) x (39
– 37)) : 24 jam} + 41
= { (15 x 2) : 24 jam} +
41
= {30 : 24jam} + 41
= 1.25 + 41 = 42,25 cc/jam
Jika diketahui cairan
masuk dan keluaran, maka perhitungan akan lebih kompleks lagi ya guys..
Semoga readers sekalian
belum pusing ya, tetep semangat dan ayo pelajari lagi sampai tuntas..
Contoh kasus:
Ny. B (kasus diatas)
dirawat dengan post op. Laparatomi karena apendiksitis perforasi. KU pasien
lemah, kesadaran CM, TD 110/60, HR 88x/mnt, R 19x/mnt, T 370C. Masih
dipuasakan, saat ini terpasang NGT
terbuka, keluar cairan berwarna kuning kehijauan sebanyak 200cc. Daerah luka
insisi terpasang drainage berwarna merah sebanyak 120 cc. Infus terpasang
dekstrose 5% drip antrain 1 ampul/kolf 2000cc/jam. Terpasang kateter urin
dengan jumlah urin 1800 cc, mendapat transfusi White Blood (WB) sudah masuk
sebanyak 200cc. Mendapat antibiotik cefotaxime 2 x 1 gr yang didrip dalam NaCl
50cc setiap kali pemberian. Hitung Balance Cairan Ny. B!
Input Cairan
|
Infus: 2000cc
|
|
Transfusi WB : 200 cc
|
Injeksi: 2 x 50 (dr a.b
cefo)= 100ccc
|
|
AM: 5 x 65 Kg = 325
|
|
Total
|
2625cc
|
Output Cairan
|
Drainage: 120cc
|
|
NGT: 200cc
|
|
Urin: 1800cc
|
|
IWL: 41
|
Total
|
2161cc
|
Jadi balance cairan Ny. B adalah 2625 – 2161 =
+ 464
Hasil harus dikasih tanda
positif (+) atau negatif (-) ya guys...
Lain halnya jika Ny. B
mengalami kenaikan suhu, dari 370C ke 390C
Maka perhitungan balance
cairan mengalami perbedaan. Perbedaan terletak pada Output cairan khususnya
pada IWL.
Output Cairan
|
Drainage: 120cc
|
|
NGT: 200cc
|
|
Urin: 1800cc
|
|
IWL: 42.25
|
Total
|
2162.25cc
|
Jadi balance cairan Ny. B
adalah 2625 – 2162.25 = +462.75
Lalu bagaimana caranya
untuk mengetahui IWL pada anak??
Ini dia cara menghitung
IWL pada anak:
(30 x usia anak dalam tahun) x
cc/KgBB/hari
|
Jika anak masih ngompol,
hitung urine 0.5 – 1 cc/jam.
Namun rumus diatas tidak
berlaku untuk anak yang mengalami peningkatan suhu atau demam. Jika anak
mengalami penigkatan suhu maka cara menghitung IWL adalah:
IWL + 200 ( Suhu anak – 36.80C)
|
Contoh kasus:
An. W ( 4th) BB 16 Kg
dirawat dengan diare. KU pasien tampak lemah, HR 100 x/mnt, T 37.30C,
RR 23x/mnt. Minum/24 jam 1500cc, BAK/24jam 1000cc, BAB cair dan berampas 10x/24
jam sebanyak 150cc tiap kali BAB. Infus RL 1500cc/24 jam. Hitunglah balance
cairan An. W!
Input Cairan
|
Minum: 1500 cc
|
|
Infus: 1500
|
Air Metabolisme: 8 x 16
= 128 (dari tabel AM dikali BB anak)
|
|
Total
|
3128
|
Output Cairan
|
Urin: 1000cc
|
|
BAB: 150 x 10 = 1500cc
|
|
IWL : (30 – 4) x 16= 416
|
total
|
2916
|
Balance cairan An. W
adalah 3128 – 2916 = + 212
Jika An. W mengalami
peningkatan suhu menjadi 38, 80C, maka IWL akan berubah
Output Cairan
|
Urin: 1000cc
|
|
BAB: 150 x 10 = 1500cc
|
|
IWL : 416 + 200 (39.6 –
38.8)
= 416 + 200(2) = 416 +
400 = 816
|
total
|
3316
|
Maka balance cairan An. W
adalah 3128 – 3316 = - 188cc
So, sampai disini ya guys
untuk ceritaku special for nurse lesson 1..
Semoga kita bisa bertemu
lagi di ceritaku special for nurse lesson 2..
So, see u later in next
time ya guys...
Lets Go to stay healthy
for better life. Bye...
Written by: @nou_chi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar