Sabtu, 07 Desember 2013

special for nurse, lesson 1



SPECIAL FOR NURSE
Lesson 1

Assalamualaikum readers..
Apa kabar semua?

Kali ini ceritaku akan menulis khusus untuk teman – teman perawat semua dimanapun anda berada.. ^_^

Tulisan ceritaku kali ini mengenai hal – hal yang penting yang perlu untuk readers perawat semua ketahui dan hafal seumur hidup kawan perawat semua..

So this is the lesson..
Untuk ceritaku kali ini, tepatnya lesson 1, ceritaku akan membahas tentang cairan tubuh..
So enjoy it guys...^_^

Bicara tentang cairan, so pasti yang ada dibenak readers perawat adalah tentang infus. Apakah readers sudah tau sebenarnya, apa sih itu infus??kalo belum tau, belum yakin atau yang lainnya, baca terus ya guys...

Infus atau lebih tepatnya adalah terapi intravena merupakan salah satu cara atau bagian dari pengobatan untuk memasukkan cairan, obat, atau vitamin kedalam tubuh pasien dengan cara memasukkan jarum atau kanula kedalam vena (pembuluh darah balik) dengan tujuan sejumlah cairan atau obat dapat masuk kedalam tubuh melalui vena dalam jangka waktu tertentu. Tindakan ini sering merupakan tindakan life saving seperti pada pasien yang mengalami kehilangan cairan tubuh dalam jumlah banyak misalnya dehidrasi dan syok. Oleh karena itu keberhasilan terapi dan cara pemberian yang aman diperlukan pengetahuan dasar tentang keseimbangan cairan dan asam – basa.

Tujuan utama dari terapi IV sendiri adalah mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang mengandung air, elektrolit, vitamin, protein, lemak, dan kalori yang tidak dapat dipertahankan melalui oral, mengoreksi dan mencegah gangguan cairan dan elektrolit, memperbaiki keadaan asam – basa, menyediakan medium untuk pemberian obat IV, dan membantu pemberian nutrisi parenteral.

Hmm..
Kenapa ya mesti vena? Kenapa ga arteri atau kapiler aja?
Gimana readers?ada yang tau jawabannya??
Guys, kenapa terapi IV tidak di lakukan di arteri atau kapiler, karena karakteristik dari pembuluh darah arteri dan kapiler sendiri guys..
Seperti yang sudah kita ketahui, jika pembuluh darah arteri sobek atau tertusuk, maka darah akan memancar deras dan butuh waktu yang lama untuk bisa berhenti. Jika sudah begini, alih – alih ingin memenuhi kebutuhan cairan pasien, malah akan membuat pasien semakin kehilangan cairan tubuh. Begitupun dengan pembuluh darah kapiler, pembuluh darah kapiler itu karakteristiknya seperti rambut dan sangat halus. Dindingnya sangat tipis dan hanya memiliki diameter ± 0.008 mm saja Guys... jadi pembuluh darah ini rentan rusak sehingga tidak memenuhi syarat untuk menjadi tempat terapi IV.

Namun, yang harus juga readers semua ingat, kalo tidak semua vena dapat dijadikan lokasi pemasangan infus. Tempat atau lokasi pemasangan infus yang sering digunakan adalah vena supervisial atau perifer kutan. Daerah tempat infus yang paling memungkinkan adalah daerah dorsal tangan (vena supervisial dorsalis, vena basalika, dan vena sefalika), lengan bagian dalam ( vena kubital median, vena median lengan bawah, dan vena radialis). Bisa juga dilakukan di lakukan di daerah kaki seperti pada vena safena, vena medialis plantaris, atau vena dorsalis pedis.
Namun, pemilihan lokasi pemasangan terapi IV mempertimbangkan beberapa faktor, yaitu:
1.     Usia pasien, misalnya pada anak kecil, pemilihan sisi adalah sangat penting dan memperngaruhi berapa lama intravena terakhir.
2.    Prosedur yang idantisipasi, misalnya jika pasien harus menerima jenis terapi tertentu atau mengalami beberapa prosedur seperti pembedahan, pilih sisi yang tidak terpengaruh apapun.
3.    Aktivitas pasien seperti gelisah, pergerakan, dan tingkat kesadaran pasien.
4.    Jenis intravena, misalnya jenis larutan dan obat – obatan yang akan diberikan apakah bisa mengiritasi vena – vena perifer.
5.    Durasi terapi intravena, terapi jangka panjang memerlukan pengukuran untuk pemeliharaan vena. Pilih vena yang akurat dan baik, rotasi sisi dengan hati – hati, rotasi sisi pungsi dari distal ke proksimal (misalkan dari tangan pindah ke lengan).
6.    Ketersediaan vena perifer bila sangat sedikit vena yang ada, pemilihan sisi dan rotasi yang berhati – hati sangat penting.
7.    Terapi intaravena sebelumnya. Flebitis sebelumnya membuat vena menjadi tidak baik untuk digunakan, kemoterapi membuat vena menjadi buruk (skeloris atau mudah pecah).
8.    Pembedahan sebelumnya. Jangan gunakan ekstremitas yang terkena jalur pembedahan seperti pada pasien dengan kelenjar limfe yang telah diangkat (misalnya masektomi tanpa  izin dari dokter).
9.    Sakit sebelumnya. Jangan gunakan ekstremitas yang sakit pada pasien dengan stroke.
10. Kesukaan pasien. Tanyakan terlebih dahulu pasien lebih suka untuk diinfus dibagian kanan atau kiri, dengan demikian kenyamanan pasien dapat tetap terjaga.

Sampai disini, apa readers semua sudah memahami?
Semoga sudah ya guys..
So sekarang kita akan lanjut untuk bercerita tentang keuntungan dan kerugian terapi IV.
Seperti pengobatan pada umumnya yang memiliki kekurangan dan kelebihan, begitupun terapi IV. Adapun keuntungan dari terapi IV antara lain:
1.     Efek terapeutik segera dapat tercapai karena pengahantaran obat langsung ke tempat target berlangsung cepat.
2.    Absorpsi total memungkinkan dosis obat lebih tepat dan terapi lebih dapat diandalkan.
3.    Kecepatan pemberian obat dapat dikontrol sehingga efek dapat dipertahankan atau dimodifikasi.
Adapun kerugian dari terapi IV diantaranya:
1.     Tidak bisa dilakukan “drug recall” dan mengubah aksi obat tersebut sehingga resiko toksisitas dan sensitivitas tinggi.
2.    Kontrol pemberian yang tidak baik, bisa menyebabkan “speed shock”.
3.    Komplikasi tambahan dapat timbul  seperti kontaminasi mikroba melalui titik akses ke sirkulasi dalam periode tertentu.
4.    Iritasi vaskular seperti flebitis.
Menurut Perry and Potter cairan infus dibagi menjadi 3 yaitu:
1.     Cairan bersifat isotonis. Osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum (bagian cair dari komponen darah) sehingga terus berada dalam pembuluh darah. Bermanfaat pada pasien yang mengalami hipovolemi (kekurangan cairan tubuh sehingga tekanan darah terus menurun). Memiliki resiko terjadinya “overload” (kelebihan cairan) khususnya pada pasien dengan gagal jantung kongestif dan hipertensi. Contohnya adalah Ringer – Laktat (RL), dan normal saline/larutan garam fisiologis (NaCl 0.9%).
2.    Cairan bersifat hipotonis. Osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum (konsentrasi ion Natrium lebih rendah dibandingkan serum), sehingga larut dalam serum dan menurunkan osmolaritas serum. Ini terjadi karena cairan ditarik keluar dari dalam pembuluh darah keluar jaringan sekitarnya (prinsipnya adalah cairan mengalir dari osmolaritas tinggi ke osmolaritas rendah), sampai akhirnya mengisi  sel – sel yang dituju. Digunakan dalam keadaan sel yang mengalami dehidrasi, misalnya pada pasien cuci darah (dialisis) dalam terapi terapeutik, juga pada pasien hiperglikemi (kadar gula darah tinggi) dengan ketoasidosis diabetik. Komplikasi yang paling membahayakan adalah perpindahan tiba – tiba cairan dari dalam pembuluh darah ke sel, menyebabkan kolaps kardiovaskular dan peningkatan tekanan intrakranial pada beberapa orang. Contoh cairannya adalah NaCl 45% dan Dekstrosa 2.5%.
3.     Cairan bersifat hipertonis. Yaitu cairan yang tingkat osmolaritasnya tinggi dibandingkan serum. Sehingga dapat menarik cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah. Cairan ini mampu menstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin, mengurangi edema. Contoh dari cairan ini adalah dekstrose 5%, NaCl 45% hipertonik, dekstrose 5%+ Ringer Laktat.

Nah, setelah readers mengetahui jenis – jenis cairan infus yang biasa di gunakan, sekarang ceritaku akan membahas tentang SOP (Standar Operasional Prosedur) pemasangan terapi intravena / infus.

So baca terus ya guys...
Menurut Perry and Potter (2005) pemasangan terapi intravena yang benar dapat mengurangi flebitis. Prosedur pemasangan terapi IV yaitu:
1.     Tentukan lokasi pemasangan. Sesuaikan dengan rencana pengobatan, punggung tangan kanan atau kiri untuk pemasangan selama 1-2 hari.
2.    Siapkan infus set atau tranfusion set (blood set), hubungkan dengan plabot cairan, dengan cara menusukkan bagian ujung yang runcing ke dalam lubang plabot cairan. Gantungkan plabot cairan pada standar infus. Buka saluran infus, isi terlebih dahulu tempat penampungan cairan yang ada pada infus set / blood set sampai terisi seperempat sampai setegah bagian dari penampungan cairan, lalu biarkan udara yang ada dalam selang infus keluar dan diisi dengan cairan infus sampai semua bagian selang dan tidak ada gelembung udara. Sebaiknya bagian bawah infus set tidak dibuka, tetap ditutup untuk memastikan bahwa infus set belum dalam keadaan “On” atau masih dalam keadaan steril. Hentikan tetesan infus jika semua bagian dari selang infus sudah terisi dengan cairan infus dan tidak ada gelembung udara dalam selang infus.
3.    Lakukan tindakan aseptik dan antiseptik.
4.    Kencangkan kulit yang akan menjadi lokasi penusukan IV kateter dengan tangan kiri (atau bisa juga menggunakan torniquet) dan tangan kanan menyiapkan IV kateter.
5.    Tusukkan jarum ke pembuluh darah vena yang sudah ditentukan, dengan lubang jarum menghadap keatas. Sudut tusukan 30 – 40 derajat, lalu dorong. Jika jarum masuk kedalam vena maka darah akan tampak masuk kedalam resevoir jarum.
6.     Pisahkan bagian jarum dari kanul dengan memutar bagian jarum sedikit. Lanjutkan mendorong kanulkedalam vena secara perlahan sampai semua jarum masuk kedalam vena.
7.    Perhatikan apakan darah keluar dari kanul yang masuk dengan lancar. Jika lancar, fiksasi dengan tangan kiri.
8.    Hubungkan kanula dengan infu set. Buka saluran infus, perhatikan apakah tetesan lancar. Perhatikan apakah lokasi penusukan membengkak, jika bengkak maka terjadi elevasi cairan sehingga penusukan harus diulang dari awal.
9.    Jika tetesan lancar, fiksasi dengan plester  dengan letak agak ke bawah dari luka tusukan.
10.  Kompres dengan kasa betadine pada luka tusukan (kasa jangan terlalu basah).
11.  Atur tetesan infus sesuai instruksi. Untuk anak dan bayi lakukan penguatan fiksasi dengan menggunakan spalk.
12. Laksanakan proses administrasi, lengkapi berita acara pemasangan infus, catat jumlah cairan yang masuk dan keluar, catat balance cairan selama 24 jam setiap harinya, catat dalam perincian harian ruangan. Bila sudah tidak diperlukan lagi, pemasangan infus dihentikan.

Jika infus sudah dipasang, perlu dilakukan perawatan untuk mempertahankan teknik steril, mencegah masuknya bakteri kedalam pembuluh darah, pencegahan / meminimalisasi infeksi, dan memantau area insersi. Dahulu frekuensi penggantian balutan infus dilakukan tiap hari, namun sekarang bisa dilakukan 24 – 72 jam sekali, bersamaan dengan penggantian daerah pemasangan infus. Menurut Perry and Potter, prosedur perawatan infus yaitu:
1.  Pakai sarung tangan sekali pakai
2.Lepaskan  balutan  trasparan  searah  dengan  arah  pertumbuhan  rambutklien  atau  lepaskan  plester  dan  kasa  balutan  yang  lama  selapis  demiselapis.   Untuk   kedua   balutan   trasparan   dan   balutan   kasa,   biarkanplester memfiksasi jarum IV atau kateter tetap di tempat.
3.Hentikan infus jika terjadi flebitis, infiltrasi, bekuan, atau ada instruksidokter untuk melepas.
4.Apabila infus mengalir dengan baik, lepaskan plester yang memfiksasijarum dan kateter. Stabilkan jarum dengan satu tangan.
5.Gunakan  pinset  dan  kasa  untuk  membersihkan  dan  mengangkat  sisaplester.
6.Bersihkan  tempat  insersi  dengan  gerakan  memutar  dari  dalam  kearahluar dengan menggunakan   yodium povidon ( betadine).
7. Pasang plester untuk fiksasi
8. Oleskan salep atau yodium povidon di tempat insersi infus
9.  Letakkan kasa kecil diatas salep/yodium povidon.
10.Tutup kasa dengan plester
11.  Tulis tanggal dan waktu penggantian balutan.
12.  Bereskan alat-alat yang telah digunakan
13.  Lepas sarung tangan dan cuci tangan
Selain hal di atas, pencegahan terjadinya komplikasi pemasangan terapi IV juga harus readers perhatikan ya..
Menurut Hidayat (2008), selama proses pemasangan infus perlu memperhatikan hal-hal untuk mencegah komplikasi yaitu :
      1.     Ganti lokasi tusukan setiap 48-72 jam dan gunakan set infus baru
      2.    Ganti  kasa  steril  penutup  luka  setiap  24-48  jam  dan  evaluasi  tanda infeksi
      3.    Observasi tanda / reaksi alergi terhadap infus atau komplikasi lain
      4.    Jika infus tidak diperlukan lagi, buka fiksasi pada lokasi penusukan
      5.    Kencangkan klem infus sehingga tidak mengalir
      6.    Tekan  lokasi  penusukan   menggunakan  kasa  steril,  lalu  cabut  jarum infus  perlahan, periksa ujung kateter terhadap adanya embolus
     7.    Bersihkan  lokasi  penusukan  dengan  anti  septik.  Bekas-bekas  plester
     8.    dibersihkan memakai kapal alkohol atau bensin (jika perlu)

sekarang, kita akan membahas tentang bagaimana sii caranya kita menghitung tetesan infus??

Ini dia guys rumus pintarnya.... ^_^
Rumus mencari jumlah tetesan infus tiap menit
(jumlah cairan yang dibutuhkan x faktor tetesan*) : (waktu yang dibutuhkan (dlm jam) x 60 menit).
  
Rumus menghitung lamanya cairan infus habis dalam jam
(jumlah cairan yang dibutuhkan x faktor tetesan*) : (tetesan yang ditentukan (dalam jam) x 60 menit)

Rumus mencari volume atau jumlah cairan yang dibutuhkan
(jam x tetesan yang dibutuhkan x 60 menit) : (faktor tetesan*)

* = jika menggunakan infus set makro dikalikan 20, mikro 60, blood set 15. 

Oiya hampir kelupaan nih guys..
Sudah pada tahu belum ya, berapa sii ukuran IV kateter??
Ukuran IV kateter bermacam – macam ya guys..
Sebagai “clue” ukuran IV kateter yang semakin besar menandakan ukuran jarum IV kateter yang semakin kecil, begitupun jika ukuran IV kateter yang semakin kecil menandakan ukuran jarum IV kateter yang semakin besar. Untuk anak dan bayi ukuran IV kateter yang sering digunakan adalah IV kateter nomor 22, 24 atau wingneedle. Untuk orang dewasa ukuran IV kateter yang sering digunakan adalah nomor 20. Untuk ukuran IV kateter 14, 16, dan 18 sering digunakan untuk kebutuhan pasien dengan tingkat kehilangan cairan tinggi seperti pada pasien syok hipovolemik dan dehidrasi berat.




Pemantauan pemberian terapi cairan melalui IV harus hati – hati ya guys, kita harus juga memantau keseimbangan cairan pasien. Terutama pada pasien dengan Gagal Jantung Kongestif dan Gagal Ginjal. Karena pemberian terapi IV yang tidak tepat dapat membuat overload cairan pada pasien tersebut sehingga menyebabkan edema (bengkak). Jika sudah begini maka penyakit yang akan diderita pasien bukan malah berkurang, malah akan bertambah berat dan bisa menimbulkan komplikasi pada organ lain ya guys...
So, gimana donk biar kita bisa mengetahui balance cairan pasien?

IWL atau Insensible Water Loss adalah salah satu cara terbaik untuk mengetahui keseimbangan cairan. Namun, biasanya IWL ini hanya akan diawasi ketat pada pasien – pasien yang dirawat di Intensive Care Unit (ICU) atau Intensive Cardiovascular Care Unit (ICCU).

Hmm...
Bagaimana ya cara menghitung IWL??
Sebelum kita menghitung IWL, kita harus mengetahui Air Metabolisme terlebih dahulu, Air Metabolisme (AM) pada anak adalah:
Usia
Air Metabolisme (AM)
1 – 3 tahun
8 cc/KgBB/hari
5 – 7 tahun
8 – 8.5 cc/KgBB/hari
7 – 11 tahun
6 – 7 cc/KgBB/hari
12 – 14 tahun
5 – 6 cc/KgBB/hari

Untuk dewasa AM bisa dihitung dengan rumus:
5 x KgBB

Rumus menghitung Balance cairan adalah:
Cairan Masuk – Cairan Keluar - IWL
Rumus IWL untuk Dewasa:
( 15 x Berat Badan) : 24 jam

Sebagai contoh kasus:
Ny. B berat 65 Kg dengan suhu tubuh 370C. Hitung IWL Ny. B!
Jawab:BB = 65 Kg, T= 370C
(15 x 65kg) : 24 jam = 40, 625 = 41 cc/jam

Namun, rumus diatas tidak berlaku jika pasien mengalami demam atau terjadi kenaikan suhu ya guys..
Jika terjadi kenaikan suhu maka rumus IWL yang digunakan adalah:
{((10% x cairan masuk) x (jumlah kenaikan suhu)) : 24 jam)} + IWL normal

Sebagi contoh kasus:
Ny. B (kasus diatas) mengalami kenaikan suhu menjadi 390C dan cairan yang masuk melalui infus 100 cc, air minum 50 cc. Hitung IWL Ny. B!
= {((10% x (100+50)) x (39 – 37)) : 24 jam} + 41
= { (15 x 2) : 24 jam} + 41
= {30 : 24jam} + 41
= 1.25 + 41 = 42,25 cc/jam

Jika diketahui cairan masuk dan keluaran, maka perhitungan akan lebih kompleks lagi ya guys..
Semoga readers sekalian belum pusing ya, tetep semangat dan ayo pelajari lagi sampai tuntas..
Contoh kasus:
Ny. B (kasus diatas) dirawat dengan post op. Laparatomi karena apendiksitis perforasi. KU pasien lemah, kesadaran CM, TD 110/60, HR 88x/mnt, R 19x/mnt, T 370C. Masih dipuasakan, saat ini  terpasang NGT terbuka, keluar cairan berwarna kuning kehijauan sebanyak 200cc. Daerah luka insisi terpasang drainage berwarna merah sebanyak 120 cc. Infus terpasang dekstrose 5% drip antrain 1 ampul/kolf 2000cc/jam. Terpasang kateter urin dengan jumlah urin 1800 cc, mendapat transfusi White Blood (WB) sudah masuk sebanyak 200cc. Mendapat antibiotik cefotaxime 2 x 1 gr yang didrip dalam NaCl 50cc setiap kali pemberian. Hitung Balance Cairan Ny. B!
Input Cairan
Infus: 2000cc

Transfusi WB : 200 cc
Injeksi: 2 x 50 (dr a.b cefo)= 100ccc
AM: 5 x 65 Kg = 325
Total
2625cc

Output Cairan
Drainage: 120cc

NGT: 200cc

Urin: 1800cc

IWL: 41
Total
2161cc
 Jadi balance cairan Ny. B adalah 2625 – 2161 = + 464
Hasil harus dikasih tanda positif (+) atau negatif (-) ya guys...
Lain halnya jika Ny. B mengalami kenaikan suhu, dari 370C ke 390C
Maka perhitungan balance cairan mengalami perbedaan. Perbedaan terletak pada Output cairan khususnya pada IWL.
Output Cairan
Drainage: 120cc

NGT: 200cc

Urin: 1800cc

IWL: 42.25
Total
2162.25cc
Jadi balance cairan Ny. B adalah 2625 – 2162.25 = +462.75

Lalu bagaimana caranya untuk mengetahui IWL pada anak??
Ini dia cara menghitung IWL pada anak:
(30 x usia anak dalam tahun) x cc/KgBB/hari
Jika anak masih ngompol, hitung urine 0.5 – 1 cc/jam.
Namun rumus diatas tidak berlaku untuk anak yang mengalami peningkatan suhu atau demam. Jika anak mengalami penigkatan suhu maka cara menghitung IWL adalah:
IWL + 200 ( Suhu anak – 36.80C)

Contoh kasus:
An. W ( 4th) BB 16 Kg dirawat dengan diare. KU pasien tampak lemah, HR 100 x/mnt, T 37.30C, RR 23x/mnt. Minum/24 jam 1500cc, BAK/24jam 1000cc, BAB cair dan berampas 10x/24 jam sebanyak 150cc tiap kali BAB. Infus RL 1500cc/24 jam. Hitunglah balance cairan An. W!
Input Cairan
Minum: 1500 cc

Infus: 1500
Air Metabolisme: 8 x 16 = 128 (dari tabel AM dikali BB anak)
Total
3128

Output Cairan
Urin: 1000cc

BAB: 150 x 10 = 1500cc

IWL : (30 – 4) x 16= 416
total
2916
Balance cairan An. W adalah 3128 – 2916 = + 212
Jika An. W mengalami peningkatan suhu menjadi 38, 80C, maka IWL akan berubah
Output Cairan
Urin: 1000cc

BAB: 150 x 10 = 1500cc

IWL : 416 + 200 (39.6 – 38.8)
= 416 + 200(2) = 416 + 400 = 816
total
3316
Maka balance cairan An. W adalah 3128 – 3316 = - 188cc

So, sampai disini ya guys untuk ceritaku special for nurse lesson 1..
Semoga kita bisa bertemu lagi di ceritaku special for nurse lesson 2..
So, see u later in next time ya guys...
Lets Go to stay healthy for better life. Bye...
Written by: @nou_chi
                                               

Tidak ada komentar:

Posting Komentar